Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengumumkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I 2022 mengalami defisit sebesar USD1,8 miliar. Defisit NPI ini sejalan dengan transaksi modal dan finansial yang juga mengalami defisit. Meski demikian, Bank Indonesia memastikan bahwa NPI masih tetap baik, sehingga menopang ketahanan eksternal.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono dalam keterangannya, 20 Mei 2022 mengatakan, transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2022 mencatat defisit sebesar USD1,7 miliar (0,5% dari PDB), membaik dibandingkan dengan defisit USD2,2 miliar (0,7% dari PDB) pada triwulan IV 2021.
Optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik dan iklim investasi yang terjaga mendorong peningkatan aliran masuk neto investasi langsung pada triwulan I 2022 menjadi sebesar 4,5 miliar dolar AS, lebih besar dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD3,8 miliar.
Namun demikian, menurutnya, ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan rencana percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju menyebabkan aliran keluar investasi portofolio, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan triwulan IV 2021.
“Transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih besar dari triwulan sebelumnya antara lain disebabkan oleh peningkatan piutang dagang dan penempatan ke aset valas sejalan dengan masih tingginya aktivitas ekspor,” ujarnya.
Meski NPI mengalami defisit, lanjut Erwin, surplus transaksi berjalan masih berlanjut hingga triwulan I 2022 terutama ditopang oleh surplus neraca barang yang tetap tinggi. Pada triwulan I 2022, transaksi berjalan melanjutkan surplus sebesar USD0,2 miliar (0,1% dari PDB), meskipun lebih rendah dari capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar USD1,5 miliar (0,5% dari PDB).
“Kinerja positif tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap kuat seiring dengan harga ekspor komoditas global yang masih tinggi, seperti batu bara dan CPO, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia,” tambahnya.
Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi yang terus berlanjut dan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri pasca pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan antar negara dan penyelenggaraan ibadah umrah yang kembali dibuka. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer membaik sehingga menopang berlanjutnya surplus transaksi berjalan.
“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” ucapnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More
Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More
Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More
Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More