Moneter dan Fiskal

Ketidakpastian Global, Neraca Pembayaran RI Defisit USD1,3 Miliar

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2022 mencatatkan defisit USD1,3 miliar. Defisit NPI ini sejalan dengan tekanan transaksi modal dan finansial seiring meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Meski demikian, BI memastikan bahwa NPI masih menunjukan kinerja yang solid, sehingga tetap kuat menopang ketahanan eksternal.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangannya, 18 November 2022 mengatakan, dengan defisit NPI tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2022 tercatat sebesar USD130,8 miliar atau setara dengan pembiayaan 5,7 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.

Disamping itu, kinerja transaksi berjalan pada triwulan III-2022 melanjutkan tren peningkatan suplus didukung oleh kinerja ekspor nonmigas yang semakin kuat. Tercatat transaksi berjalan surplus sebesar USD4,4 miliar atau 1,3% dari PDB, lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya sebesar USD4,0 miliar atau 1,2% dari PDB.

“Membaiknya kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan tetap kuatnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang dan harga komoditas global yang masih tinggi, serta berkurangnya defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan penurunan harga minyak dunia,” kata Erwin.

Kemudian, transaksi modal dan finansial mencatatkan defisit sebesar USD6,1 miliar atau 1,8% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit 1,2 miliar dolar AS atau 0,3% dari PDB pada triwulan II 2022. Ditopang oleh investasi langsung di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Investasi asing langsung membukukan surplus yang tetap tinggi sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek perbaikan ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga,” pungkasnya.

Sementara itu, aliran keluar neto investasi portofolio meningkat akibat ketidakpastian di pasar keuangan global yang semakin tinggi dan kebutuhan pembayaran surat utang swasta yang jatuh tempo. Transaksi investasi lainnya juga mencatat kenaikan defisit disebabkan oleh peningkatan aset swasta, terutama yang terkait dengan operasional kegiatan usaha.

“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan yang didukung koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” ucapnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

9 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

9 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

10 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

11 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

12 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

13 hours ago