Jakarta – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, seperti resesi dan gejolak politik memberikan tantangan pada penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk berbagai perusahaan di dunia.
Adjunct Lecturer Harvard Kennedy School, Jay K. Rosengard mengatakan, akibat adanya ketidakpastian ekonomi, terdapat dua masalah utama dalam mengimplementasikan aspek ESG bagi perusahaan.
Kendala yang pertama adalah masalah pengukuran, yaitu perusahaan dapat memanipulasi data soal ESG. Hal ini dapat terjadi karena bisa saja perusahaan sedang mengalami krisis sehingga kesulitan melakukan program ESG, namun tetap ingin dilihat bahwa mereka terus berkomitmen pada aspek ESG.
Kemudian, kendala kedua adalah ada perusahaan yang mengaku telah menghasilkan hal positif ESG, namun pada kenyataannya menimbulkan masalah baru.
Misalnya, menutup tambang batu bara sangat baik untuk lingkungan, tetapi berdampak bagi para penambang batu bara karena mereka akan kehilangan pekerjaan mereka.
“Atau membuat mobil listrik seperti Tesla itu mungkin baik untuk lingkungan tetapi tidak baik untuk tata kelola Tesla. Ini menjadi sebuah kontradiksi,” ujar Rosengard dalam sebuah Talkshow Financial Inclusion, Senin, 24 Oktober 2022. (*) Irawati
Poin Penting Laba BRK Syariah kuartal III-2025 naik 3,46 persen menjadi Rp218,20 miliar didorong pembiayaan… Read More
Poin Penting BCA menyiapkan uang tunai Rp42,1 triliun untuk Nataru 2025/2026 agar transaksi nasabah tetap… Read More
Poin Penting Aliran modal asing keluar pada minggu kedua Desember 2025 nonresiden tercatat jual neto… Read More
Poin Penting Pembiayaan Multiguna iB Hijrah Bank Muamalat tumbuh 41 persen secara tahunan (YOY) hingga… Read More
Poin Penting Daniel dan Richard Tsai jadi orang terkaya Taiwan dengan kekayaan USD13,9 miliar dari… Read More
Poin Penting Bank Mega dan Metro menggelar Season of Elegance Fashion Show yang menampilkan karya… Read More