Perbankan

Kesepakatan Transfer Data Pribadi RI-AS, BCA Soroti Risiko dan Perlindungan

Jakarta – Pemerintah Indonesia sepakat untuk mentransfer atau menempatkan data pribadi WNI ke Amerika Serikat (AS) dalam rangka negosiasi tarif resiprokal. Kebijakan ini menuai pro-kontra, terutama terkait risiko keamanan data.

Vice President Cyber Security Risk PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Sugianto Wono, menilai bahwa risiko kebocoran data pribadi dalam perjanjian transfer data bergantung pada poin-poin kontrak yang disepakati kedua belah pihak.

Sugianto mengatakan kesepakatan tersebut berpotensi menguntungkan Indonesia, namun detail isi kontrak harus dicermati lebih dulu.

“Itu case-by-case. Kita bisa tanya, apa yang kita bisa berikan ke sana, apa yang kita bisa proses di sini, proteksinya seperti apa. Nah, ini semua sih yang mungkin ada di dalam requirement kontrak. Jadi, kalau secara organisasi seperti itu,” katanya dalam acara Media Gathering Prima Talkshow bertema “Bangun Ketahanan Siber, Jaga Data Pribadi di Era Digital” di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.

Baca juga: Ada Transfer Data Pribadi dalam Kesepakatan Dagang AS-RI, Begini Respons Komdigi

Menurutnya, memahami detail kontrak transfer data sangat penting karena Indonesia sudah memiliki Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang mengatur keamanan data.

Ia menegaskan, pihak yang gagal melindungi data pribadi warga Indonesia akan dikenakan sanksi.

“Tapi kalau data itu kita kasih, terus kita tak ada kekuatan untuk bisa mendapatkan informasi lebih dalam kalau mereka melakukan pemrosesan (data pribadi), apalagi sampai ada kebocoran data, secara PDP sendiri itu kita, pengendali, yang ditutup,” cetusnya.

Baca juga: Risiko Pencurian Data Pribadi, Danamon Imbau Nasabah Hindari Praktik Gestun

Perlindungan Data Pribadi yang Optimal

Di sisi lain, Sugianto berharap penerapan UU PDP ke depan dapat berjalan seimbang, terutama setelah lembaga perlindungan data pribadi resmi terbentuk.

“Jadi, di situ yang kita coba dorong, kira-kira yang memungkinkan untuk implementasi di perbankan itu seperti apa? Ya harapannya yang optimum lah ya, jadi tak terlalu longgar juga, supaya aman datanya, dan dari sisi operasi bisnis tetap jalan,” pungkasnya. (*) Steven Widjaja

Yulian Saputra

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

10 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

11 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

12 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

13 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

23 hours ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

23 hours ago