News Update

Kesadaran Menabung Rendah, Masyarakat Lebih Suka Beli Tanah

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Darmin Nasution menilai, kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih suka membeli tanah ketimbang menabung di perbankan merupakan pola pikir yang tidak sehat.

Persoalan tersebut menjadi salah satu penyebab masih rendahnya tingkat dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk simpanan (tabungan) terhadap PDB. Padahal, dengan budaya menabung, likuiditas perbankan menjadi sehat sehingga bisa membiayai proyek-proyek infrastruktur.

“Memang kita punya strategi nasional financial inclusion tapi itu hanya satu hal utk dorong saving makin besar. Sebenarnya faktor yang paling banyak pengaruhnya terhadap saving adalah spekulasi tanah, bangsa kita itu senang sekali saving di tanah,” ujarnya, di Jakarta, Selasa, 6 Desember 2016.

Menurut Darmin, kebiasaan masyarakat yang lebih senang membeli tanah ketimbang menabung di bank harus diperbaiki. Meski tak bisa dipungkiri harga tanah memang terus mengalami kenaikan. Dirinya menyayangkan, karena sejauh ini masih banyak masyarakat yang belum menyimpan uangnya di bank.

“Ini harus mulai kita pikirkan. Gak bisa orang saving itu kerjanya hanya beli tanah, itu tidak sehat. Selain harga tanah melonjak-lonjak begitu saja, tapi yaa memang faktanya naik,” ucap Darmin.

Selain itu, lanjut dia, kebiasaan masyarakat Indonesia tersebut juga menjadi alasan bahwa sejauh ini Indonesia selalu mengandalkan arus modal asing masuk (capital inflow), penanaman modal asing (PMA) lantaran kesadaran masyarakat Indonesia untuk menabung itu masih sangat rendah.

“Tapi yang lebih buruk saving di surat berharga dan perbankan tidak setinggi yang seharusnya. Kenapa kita perlu capital inflow, penanaman modal asing, tapi juga portfolio. Karena saving kita kerendahan, ya karena itu, mereka senanganya beli tanah,” tegas Darmin.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri sudah memiliki target, agar pada 2019 mendatang rasio tabungan terhadap PDB dapat meningkat 75% dari posisi yang sekarang ini masih berada di 36% atau menuju posisi 40%. Targetnya tersebut akan dilakukan lewat beberapa strategi salah satunya berupa sosialisasi ke masyarakat.

“Itu target tidak ringan tapi saya meyakini apabila masyarakat digerakkan untuk menabung, dipromosikan dan disosialisasikan dengan baik, ini bukan sesuatu mustahil mengajak masyarakat, baik pelajar, petani, nelayan, harus mulai kita kenalkan dengan sistem perbankan kita,” jelasnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

7 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

8 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

9 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

10 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

11 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

11 hours ago