Qingdao–Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menyambangi pabrik kereta dan pusat riset industri kereta api Tiongkok, China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Qingdao Sifang Co Ltd di Qingdao, tenggara Beijing pada Sabtu, 5 Desember 2015.
Dia menjelaskan, pengembangan industri kereta api beserta industri penunjangnya, harus berbasis penguasaan teknologi dan aktivitas riset yang kontinyu serta bervisi jangka panjang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas penumpang yang idealnya harus disokong oleh transportasi kereta api.
“Kawasan ekonomi terus tumbuh dan membutuhkan jaringan transportasi masal seperti kereta api. Kita harap meningkatnya pembangunan jalur kereta api berimbas ke meningkatnya industri perkeretaapian,” ujar Saleh dalam keterangannya, Minggu, 6 Desember 2015.
Dia menjelaskan, selain Jawa dan Sumatera, Indonesia bakal mengembangkan jaringan kereta api di Kalimantan (2.428 km) dan Sulawesi (1.772 km). Hal tersebut tentu menjadi peluang bagi industri kereta api nasional, termasuk melalui kemitraan dengan perusahaan global.
Kereta api membutuhkan banyak bahan baku dan komponen. Kebutuhan ini merupakan peluang bagi industri kereta api nasional seperti PT INKA, industri baja, logam termasuk alumunium, industri pengolahan hasil tambang seperti smelter nikel dan bauksit, dan produsen komponen untuk memasok ke industri kereta api.
Dalam kunjungannya ke China Railway Rolling Stock Corporation, Menperin membuka peluang dan menawarkan kerja sama produksi serta riset kepada China Railway Rolling Stock Corporation.
Menurut Deputi President CRRC Sifang, Tian Xuehua, kerja sama dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan mengkalkulasi kemampuan perusahaan calon mitra. “Industri kereta api butuh pasar yang luas dengan kebutuhan pengembangan jangka panjang. Kami terbuka pada setiap kesempatan dan akan melakukan studi karena industri ini sarat teknologi,” ucapnya.
Inspektur Jenderal Kemenperin Soerjono menambahkan, penguasaan teknologi bakal memastikan kemandirian industri kereta api Indonesia ke depan. “Industri KA kita sangat perlu dipacu yang berorientasi subsitusi impor. Ini menghemat anggaran dan membuat insinyur serta desainer kereta api kita leluasa mengembangkan kereta sesuai kebutuhan yang spesifik,” katanya.
Di tempat yang sama, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan juga menyatakan, sudah saatnya Indonesia memiliki fasilitas riset dan produksi kereta yang terpadu seperti CRRC.
“Saat ini kita memiliki PT INKA di Madiun yang jika fasilitasnya ditingkatkan, dimungkinkan kita dapat mengembangkan dan memproduksi berbagai jenis alat transportasi massal. Apalagi Indonesia memiliki semua bahan baku utamanya, seperti aluminiun (bauksit) dan stainless steel (nikel),” tutupnya. (*) Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More
Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More