Pertumbuhan laba PermataBank turut didorong oleh meningkatnya pendapatan berbasis biaya atau fee based income.Ria Martati.
Jakarta–PT Bank Permata Tbk (“PermataBank) mencatat laba bersih (konsolidasi dan tidak diaudit) setelah pajak sebesar Rp. 837 miliar, meningkat 5% year-on-year (yoy) dari Rp801 miliar dibanding Juni 2014.
Laba berasal dari total pendapatan operasional naik 21% yoy menjadi Rp4,23 triliun, didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih dan pertumbuhan yang baik pada pendapatan berbasis biaya (fee based income). Pendapatan bunga bersih tumbuh menjadi Rp3,13 triliun dari Rp2,69 triliun di tahun sebelumnya didorong perbaikan marjin bunga bersih. Sementara itu pendapatan berbasis biaya naik menjadi Rp1,1 triliun dari Rp815 miliar di tahun sebelumnya, terutama didorong oleh kinerja Bancassurance, trade finance, kegiatan treasury dan dampak penyertaan modal di PT Astra Sedaya Finance (“ASF”).
“PermataBank tetap berada dalam kondisi yang sehat, dengan permodalan dan likuiditas yang baik dan kami yakin bahwa Bank ada pada posisi yang baik untuk menghadapi tantangan ekonomi dan dampak pada portofolio kredit,” kata Sandeep Jain, Direktur Keuangan PermataBank dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu 29 Juli 2015.
Di tengah melambatnya kegiatan ekonomi secara umum, total asset per 30 Juni 2015 mencapai Rp187 triliun, naik 5% yoy dari Rp177 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu kredit termasuk pembiayaan syariah tumbuh 2% yoy menjadi Rp130 triliun pada akhir Juni 2015. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh bisnis UKM dan segmen local serta middle market corporates yang di topang oleh Trade Finance dan produk pinjaman. Namun demikian, kredit turun 2% dibandingkan dengan akhir Desember 2014.
PermataBank secara berkelanjutan mengelola likuiditasnya pada level yang optimum dan mencatat pertumbuhan 4% yoy pada dana pihak ketiga menjadi Rp144 triliun. Pertumbuhan kredit yang lambat dan tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih tinggi mengakibatkan perbaikan rasio Loan to Deposit (LDR) menjadi sebesar 90% dibandingkan 92% di tahun sebelumnya.
Sementara Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio or CAR) tercatat sebesar 14%, ekuitas tumbuh 9% yoy menjadi Rp17,7 triliun pada akhir Juni 2015.
Kondisi ekonomi makro yang penuh tantangan berdampak pada kualitas aset Bank, yang berdampak pada peningkatan rasio NPL Gross dan Net menjadi masing-masing sebesar 2,15% dan 1,14% per 30 Juni 2015 dari 1,45% dan 0,73% di tahun sebelumnya. Bank secara berkesinambungan terus memantau nasabah dalam sektor-sektor industri tertentu yang terkena dampak dari menurunnya harga komoditas dan nilai tukar yang fluktuatif.
Jakarta - Pemerintah memastikan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen akan diberlakukan paling lambat mulai… Read More
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan optimisme terhadap penguatan hubungan antara komunitas… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 0,48 persen dalam periode perdagangan… Read More
Jakarta - Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, mengaku optimistis akan masa depan ekonomi ASEAN yang… Read More
Jakarta - Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah (RM) terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK), Minggu, 24… Read More
Jakarta - Pemerintah memastikan bahwa kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai… Read More