Moneter dan Fiskal

Kenaikan Harga BBM Subsidi Beri Dampak Luas ke Masyarakat Miskin

Jakarta – Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi dan Non Subsidi dinilai belum tepat di tengah ancaman inflasi yang masih tinggi. Terutama, hal ini akan berdampak kepada masyarakat prasejahtera.

Masyarakat prasejahtera sendiri adalah masyarakat yang mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya rendahnya pendapatan per bulan yang tidak sesuai dengan tingginya harga kebutuhan pokok.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi dan tidak memiliki kendaraan sekalipun, akan terkena dampak dari kenaikan BBM. Sehingga, akan mempengaruhi konsumsi barang.

“Karena BBM ini kebutuhan mendasar, ketika harganya naik maka pengusaha di sektor industri pakaian jadi, makanan minuman, hingga logistik semuanya akan terdampak. Pelaku usaha dengan permintaan yang baru dalam fase pemulihan, tentu risiko ambil jalan pintas dengan lakukan PHK massal,” ungkap Bhima saat dihubungi Infobank, Sabtu, 3 September 2022.

Lanjut Bhima, realistis saja, jika biaya produksi dan operasional naik, namun permintaan menurun, maka pelaku usaha akan memangkas biaya-biaya lain. Yang akan terjadi, sektor usaha bisa macet dan efeknya ke PMI (Purchasing Manager’s Index) manufaktur Indonesia akan ikut terkontraksi kembali dibawah 50.

Selain itu, bantuan sosial (bansos) yang hanya melindungi orang miskin dalam waktu 4 bulan, tidak akan cukup dalam mengkompensasi efek kenaikan harga BBM.

“Misalnya ada kelas menengah rentan, sebelum kenaikan harga Pertalite masih sanggup membeli di harga 7.650 per liter, sekarang harga Rp10.000 per liter mereka turun kelas jadi orang miskin,” jelasnya.

Menurutnya, data orang rentan miskin, sangat mungkin tidak tercover dalam BLT (Bantuan Langsung Tunai), karena adanya penambahan orang miskin pasca kebijakan kenaika  BBM subsidi. Untuk itu, pemerintah perlu mempersiapkan efek berantai naiknya jumlah orang miskin baru dalam waktu dekat.

“Alih-alih melakukan pembatasan dengan menyasar pengguna solar misalnya yang selama ini dinikmati industri skala besar, pertambangan dan perkebunan besar tapi cara pemerintah justru mengambil langkah naikkan harga BBM subsidi. Kenaikan harga merupakan mekanisme yang paling tidak kreatif,” tegas Bhima.

Baca juga: BBM Subsidi Naik, Ancaman Inflasi Hingga Kemiskinan di Depan Mata

Sementara itu, tujuan utama pemerintah untuk membatasi konsumsi Pertalite subsidi juga tidak akan tercapai, ketika disaat bersamaan harga Pertamax ikut naik menjadi Rp14.500 per liter. Akibatnya, pengguna Pertamax akan tetap bergeser ke Pertalite. (*) Irawati

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

IHSG Ditutup Ambles 1,90 Persen ke Level 7.243, 362 Saham Merah

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 7 November 2024, ditutup ambles… Read More

51 mins ago

Dukung Digitalisasi Bisnis, Unifiber Luncurkan NOC Berskala Internasional

Jakarta - Unifiber, lini bisnis infrastruktur digital di bawah naungan PT Asianet Media Teknologi (Asianet),… Read More

1 hour ago

Pasarkan Produk Reksa Dana, Bank INA Kolaborasi dengan Sequis Aset Manajemen

Jakarta – PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank INA) menjalin kerja sama strategis dengan PT… Read More

2 hours ago

Bank DKI Tegaskan Pentingnya Peran ‘CISO’ dalam Keamanan Siber

Jakarta - Serangan siber bisa datang kapan saja dan di mana saja. Pelaku usaha di… Read More

2 hours ago

Trump Effect Bikin Harga Bitcoin Cetak Rekor ATH, Tembus Level USD74.874

Jakarta – Harga bitcoin (BTC) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH)… Read More

2 hours ago

Bangunan Hijau Sokong Operasi Keberlanjutan Bank Mandiri

Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat komitmen dalam mengurangi jejak karbon dari kegiatan operasionalnya, salah… Read More

2 hours ago