Perbankan

Kempis! Laba BRI (Only) Triwulan I 2025 Anjlok 24,8 Persen Jadi Rp11,09 Triliun dari Rp15,03 Triliun, Apa yang Terjadi, Oh BRI?

Jakarta – Laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di kuartal I 2025 anjlok 24,8 persen menjadi Rp11,09 triliun dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp15,03 triliun. Laba tersebut merupakan laba bank only, bukan laba konsolidasi anak perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan BRI yang dipublikasi ke media massa, Kamis, 30 April 2025, penurunan raihan laba bank (only) tersebut salah satunya dipicu oleh menurunnya pendapatan bunga bersih perseroan. Per Maret 2024, pendapatan bunga bersih BRI tercacat sebesar Rp27,54 triliun, turun 4,87 persen dari tahun sebelumnya Rp28,95 triliun.

Penurunan laba BRI juga disebabkan meningkatnya Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dari posisi 67,73 persen per Maret 2024 menjadi 73,66 persen pada Maret 2025.

Sementara dari raihan laba secara konsolidasi BRI per Maret 2025 pun tercatat merosot 13,63 persen menjadi Rp13,8 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp15,98 triliun.

Baca juga: Kuartal I 2025, BRI Cetak Laba Rp13,8 Triliun dan Kredit Tumbuh 4,9 Persen

Kabar baiknya, dari sisi intermediasi, BRI berhasil menyalurkan kredit (konsolidasi) sebesar Rp1.373,66 triliun atau meningkat sebesar 4,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.308,65 triliun. Dari total tersebut, kredit yang disalurkan ke UMKM mencapai Rp1.126,02 triliun.

Kemudian, dari sisi penghimpunan dana, BRI berhasil mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp1.421,6 triliun pada tiga bulan pertama 2025, atau tumbuh tipis 0,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.416,21 triliun.

Sementara itu, total aset (konsolidasi) BRI meningkat menjadi sebesar Rp2.098,23 triliun pada kuartal I 2025, dibandingkan Rp1.992,9 triliun pada periode akhir Desember 2024

Seperti yang diperkirakan oleh Biro Riset Infobank, BRI tampak kelelahan dalam mencapai laba. Tahun 2024 masih meraih laba terbesar di Indonesia dengan angka Rp54,8 triliun (bank only) namun mengorbankan cadangan untuk memecahkan rekor laba di Indonesia. Posisi NPL coverage ratio tinggal 198,34 persen yang biasanya dipelihara hingga 250-290 persen.

Kini, triwulan I tahun 2025, pendapatan bunganya turun, kredit dan aset tumbuh tipis. Pertumbuhan kredit pada periode yang sama hanya 0,8 persen menjadi Rp1.226 triliun dengan pertumbuhan DPK sebesar 3,9 persen menjadi Rp1.426 triliun. Hal yang menarik terjadi pada penurunan tabungan, meski turun tipis.

Sementara pendapatan bunga yang kempis memengaruhi pencapaian laba pada triwulan I 2025 ini. Menurut laporan keuangan BRI yang diolah Biro Riset Infobank, tampak terjadi penurunan pendapatan bunga sebesar 4,5 persen dan penurunan pendapatan bunga bersih 5,1 persen.

Menurut seorang analis keuangan, tampaknya beban bunga, selain pendapatan bunga masih menjadi pekerjaan rumah. Hal lain yang menjadi pekerjaan rumah lainnya adalah peningkatan dana murah.

Pertanyaannya: Apakah tim direksi baru ini juga akan melakukan hal yang sama dengan manajemen sebelumnya dengan membentuk celengan semar yang lebih besar di awal kepengurusan, mengingat NPL coverage ratio hanya 200,6 persen yang jauh tertinggal dari pesaingnya BCA dan Mandiri?

Baca juga: Laba Bank Mandiri Tumbuh 3,9 Persen jadi Rp13,2 Triliun di Kuartal I 2025

Menurut analis yang tak mau disebut namanya, jika akan menempuh jalan memperbesar “celengan semar” maka perolehan laba akan tertahan, tapi jika menghormati “the mandirian” maka akan menempuh jalan laba tetep besar dengan membiarkan NPL coverage ratio sekitar 200 persen saja.

Sementara diketahui, BRI baru saja merombak jajaran direksi dan komisaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 24 Maret 2025. Dalam rapat tersebut, pemegang saham sepakat mengangkat Hery Gunardi sebagai direktur utama perseroan, menggantikan posisi Sunarso.

Sebelumnya, Hery Gunardi merupakan Direktur Utama Bank Syariah Indonesia atau BSI sejak 2021. Selain posisi BRI 1, RUPST BRI juga merombak jajaran direksi lain dan komisaris. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

11 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

11 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

12 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

13 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

14 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

14 hours ago