Moneter dan Fiskal

Kemenkeu Susun Insentif Baru Sejalan dengan Penerapan Pajak Minimum Global

Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan tengah menyusun skema insentif perpajakan baru seiring dengan penerapan pajak minimum global sebesar 15 persen untuk perusahaan multinasional dengan omzet konsolidasi global minimal 750 juta Euro.

Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136 Tahun 2024 terkait pengenaan pajak minimum global yang mulai berlaku pada tahun pajak 2025.

Penerapan ketentuan pajak minimum global merupakan bagian dari kesepakatan Pilar Dua yang digagas oleh G20 dan dikoordinasikan oleh OECD, serta didukung oleh lebih dari 140 negara. 

Saat ini terdapat 50 negara sudah mengumumkan akan menerapkan pajak minimum global. 

Baca juga: Kemenkeu Ungkap Rasio Perpajakan Masih Berpotensi Meningkat

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak, Yon Arsal mengatakan, pemerintah dari Kementerian/Lembaga bersama dengan stakeholder, industri dan asosiasi tengah memetakan skema insentif yang tepat sejalan dengan implementasi pajak minimum global.

Yon Arsal menyebutkan, insentif pajak yang diterapkan saat ini, seperti tax holiday dan tax allowance dinilai sudah tidak relevan ketika pajak minimum global diberlakukan.

“Kita saat ini sedang berdiskusi juga dengan para stakeholder, dari kementerian dan lembaga, tentu juga termasuk dengan industri dan asosiasi untuk memetakan dan memastikan skema insentif yang paling tepat dan paling cocok, karena beberapa insentif yang seperti tax holiday, allowance dan beberapa insentif yang kemarin tidak lagi terlalu tepat ketika berbicara dengan global minimum tax,” ujar Yon Arsal dalam Webinar Nasional ISEI, Selasa, 26 Agustus 2025.

Yon Arsal menjelaskan, jika di Indonesia diberikan insentif atau pajaknya sebesar 0 persen, tetapi pajak di negara induk perusahaan tersebut tetap akan dikenakan.

Baca juga: INDEF Ungkap Biang Kerok Penerimaan Pajak per Agustus 2025 Turun 16,72 Persen

Dia menambahkan, kebijakan insentif pajak baru ini disusun untuk tetap mendorong dan meningkatkan daya beli masyarakat, serta menggenjot investasi tetep masuk ke Tanah Air.

“Oleh sebab itu maka kita saat ini sedang berdiskusi mencari sebuah skema insentif yang paling tepat yang bisa memberikan tadi, untuk tetap mendorong atau meningkatkan daya beli masyarakat di sisi lain, mendorong juga investasi tetap masuk ke Indonesia,” ungkapnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

20 mins ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

29 mins ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

2 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

2 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

5 hours ago

Dukung Pemulihan, BTN Salurkan Bantuan Rp13,17 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra

Poin Penting BTN telah menyalurkan total bantuan Rp13,17 miliar melalui Program TJSL untuk korban bencana… Read More

7 hours ago