Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara saat Raker dengan Komisi XI DPR-RI. (Foto: Irawati)
Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan, ada tiga negara yang suku bunga acuannya masih akan tinggi hingga tahun 2024. Hal ini disebabkan karena adanya pelemahan ekonomi dan inflasi global yang masih cukup tinggi.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan, bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi global akan berada dalam situasi cukup moderat di tahun 2023 dan 2024.
Baca juga: Kebijakan BI Menahan Suku Bunga Dinilai Sudah Tepat
“Estimasi pertumbuhan ekonomi global di sekitar 3,0 persen yang artinya terjadi moderasi dengan tingkat inflasi yang meskipun terjadi moderasi namun masih pada tingkat yang cukup tinggi di tingkat dunia masih diperkirakan inflasi di sekitar 5,2 persen di 2023, dan di advance ekonomi masih di tingkat inflasi sekitar 2,8 persen,” ujar Suahasil dalam Raker Komisi XI dengan Kemenkeu, Menteri PPN/Bapenas, BI dan OJK, Kamis 31 Agustus 2023.
Menurutnya, ini akan memberikan tantangan jangka pendek, salah satunya berupa berlanjutnya kenaikan suku bunga negara maju yang diprediksi masih akan mengalami lonjakan (higher for longer).
Suahasil pun menyebutkan bahwa Amerika Serikat, Eropa dan Inggris merupakan negara yang masih akan agresif dalam menetapkan kebijakan suku bunganya, yang dprediksi hingga akhir 2023 akan mencapai level 5,75 persen
“Kita lihat bahwa Amerika menjadi sangat tinggi peningkatannya dalam 2022 itu suku bunga yang masihvdi sekitar 0 sampai 0,25 persen, sekarang di tangga 5,5 persen dan masih ada kemungkinan meningkat,” ungkapnya.
Kemudian, di Eropa juga mengalami peningkatan 425 basis poin (bps) atau menjadi 4,25 persen pada Juli 2023 yang diperkirakan juga masih ada kenaikan sebesar 25 bps lagi di 2023.
Baca juga: Waspada! Bos BI Bilang Suku Bunga The Fed Bisa Naik 2 Kali Lipat Bulan Depan
Begitupun dengan Inggris yang masih menghadapi tekanan inflasi, maka suku bunganya juga masih akan agresif. Diprediksi hingga akhir tahun akan mencapai level 6 persen yang saat ini berada di angka 5,25 persen.
“Dengan suku bunga yang meningkat di berbagai belahan dunia maka tentu modal di tingkat dunia juga bergerak dengan sangat cepat dan menimbulkan ketidakpastian dan harus kita antisipasi untuk melihat kebutuhan capital indonesia seperti apa kedepanya,” pungkasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More