Moneter dan Fiskal

Kembali Tahan Suku Bunga, BI Diminta Waspadai Hal Ini!

Jakarta – Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya pada September 2023 di level 5,75 persen.

Ekonom Senior Bank Mandiri, Faisal Rachman memprediksi bahwa BI masih akan tetap mempertahankan suku bunganya di level tersebut hingga akhir tahun 2023.

Pasalnya, dilihat dari faktor eksternal, The Fed juga masih menahan suku bunga acuannya di level 5,25 – 5,5 persen pada FOMC September 2023. Namun, The Fed menginsyaratkan akan ada kenaikan lagi sebelum akhir tahun.

Baca juga: BI Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen

“Namun, ada risiko yang meningkat dari sikap The Fed yang lebih hawkish, dengan persepsi bahwa mungkin ada lebih sedikit ruang untuk penurunan suku bunga tahun depan daripada yang diantisipasi sebelumnya,” ujar Faisal dalam keterangannya, dikutip, Jumat 22 September 2023.

Di sisi domestik, tingkat inflasi Indonesia menurun dan saat ini berada dalam kisaran sasaran 2 – 4 persen. Pihaknya menilai bahwa inflasi akan terus menurun, tetap dalam kisaran target untuk sisa tahun 2023.

“Namun demikian, penting untuk mengakui bahwa potensi ancaman terhadap tren penurunan ini termasuk faktor-faktor seperti El Nino dan lintasan kenaikan harga minyak global saat ini, yang dapat menimbulkan risiko inflasi,” pungkasnya.

Selain itu, risiko tinggi dari skenario suku bunga yang higher for longer, menghadirkan kemungkinan prospek pelemahan ekonomi global yang semakin lama.

Hal ini dapat mengakibatkan harga komoditas yang lebih rendah dan permintaan berkurang, berpotensi menyebabkan surplus perdagangan Indonesia terus menyusut.

“Kinerja ekspor yang melemah dapat menyebabkan defisit transaksi berjalan melebar, cadangan devisa berkurang, dan potensi kerentanan nilai tukar Rupiah,” ungkap Faisal.

Kemudian, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah diperkirakan akan mulai mereda pada November 2023, sejalan dengan puncak kenaikan suku bunga acuan global.

Baca juga: Suku Bunga The Fed Masih Tinggi, Apa Dampaknya ke Negara Berkembang?

Faisal pun meyakini dengan mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang tangguh dan kesehatan fiskal yang sehat, aliran masuk modal asing ke pasar saham dan obligasi, serta melalui investasi langsung, kemungkinan akan membaik setelah suku bunga acuan global mencapai puncaknya.

“Singkatnya, outlook BI akan mempertahankan BI-7DRRR sebesar 5,75 persen untuk sisa tahun 2023 untuk menjaga stabilitas,” tandasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

9 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

9 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

10 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

11 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

12 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

12 hours ago