Moneter dan Fiskal

Keluar Dari Middle Income Trap, Transaksi Berjalan RI Harus Surplus

BatamBank Indonesia (BI) menilai, untuk bisa keluar dari middle income trap, maka transaksi berjalan (current account) Indonesia harus tercatat surplus, di mana selama ini transaksi berjalan Indonesia masih mengalami defisit sebesar 1,7 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) di 2017.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo, di Batam, Kamis, 12 April 2018. Menurutnya, transaksi berjalan yang surplus dapat ditopang oleh surplusnya neraca perdagangan Indonesia yang tinggi.

“Untuk keluar dari middle income trap, maka negara tersebut current accountnya harus surplus. Ini yang sedang kita tuju,” ujar Dody.

Middle income trap atau perangkap pendapatan menengah merupakan sebuah istilah ekonomi yakni kegagalan suatu negara untuk naik level dari negara berpendapatan rendah ke pendapatan tinggi. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi sebuah negara dengan kondisi middle income trap.

Jika ingin naik level menjadi negara berpendapatan tinggi, pertumbuhan per kapita Indonesia harus mencapai rata-rata 5,42 persen per tahun. Namun, sejak krisis ekonomi 1998, pertumbuhan per kapita Indonesia belum pernah mencapai angka setinggi itu, dan stagnan pada kisaran 3,5 persen per tahun.

Income perkapita kita US$3900 per kapita, batasan untuk menuju ke level yang tengah, kita berada dilower grup, kita sudah masuk ke kelompok menengah, namun masih dibatas bawah dirange US$3900 per kapita, kita ingin menuju tahapan ke US$14.000 per kapita,” ucapnya.

Oleh sebab itu, lanjut dia, surplus neraca perdagangan Indonesia harus ditopang lagi dengan meningkatkan nilai ekspor Indonesia dan menurunkan impor. Menurutnya, Indonesia perlu mencari sumber perekonomian baru diluar komoditas untuk mendorong ekspor. Salah satunya di sektor manufaktur.

“Penyebab defisit karena masalah struktural isu policy yang belum diterapkan negara itu, sehingga negara itu selalu defisit. Setiap negara yang ekonominya tumbuh pesat pasti selalui diiringi dengan defisit, tapi apakah kita harus surplus? Tapi, seideal mungkin harus berupaya,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Ekonom Prediksi Penerimaan Pajak 2025 Tak Capai Target

Jakarta – Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memprediksi bahwa penerimaan pajak… Read More

11 hours ago

Siapa Pendiri Taman Safari Indonesia? Ini Dia Sosoknya

Jakarta - Siapa pemilik dari Taman Safari Indonesia? Pertanyaan tersebut banyak diperbincangan publik luas seiring… Read More

11 hours ago

IHSG Jelang Long Weekend Ditutup Menguat ke Level 6.438

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan hari ini, 17 April 2025,… Read More

11 hours ago

RUPST BTPN Syariah Bagikan Dividen

Jajaran Komisaris BTPN Syariah berfoto bersama dengan jajaran Direksi, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan,… Read More

11 hours ago

Bos Pegadaian Beberkan Peluang dan Tantangan Bisnis Emas

Jakarta - PT Pegadaian Persero (Pegadaian) mengungkapkan peluang besar industri bullion bank, yakni bank yang… Read More

12 hours ago

Deindustrialisasi Vs Industry Led Growth

Oleh Cyrillus Harinowo, pengamat ekonomi PAGI itu, saya melakukan perjalanan ke San Diego Hill di… Read More

12 hours ago