Moneter dan Fiskal

Keluar dari Middle Income Trap, Ekonomi RI Jangan Tumbuh Stagnan

Jakarta – Indonesia saat ini masih terjebak dalam kategori negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Hal ini sejalan dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia yang masih sebesar US$3.927 atau sekitar Rp56 juta per kapita per tahun di 2018.

Dengan angka pendapatan per kapita tersebut, Indonesia perlu waspada agar bisa keluar dari  kategori negara middle income trap. Untuk itu, menurut Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nawir Messi, Indonesia perlu menggenjot pertumbuhan ekonominya diatas 6 persen.

Dirinya menyarankan, jangan sampai pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan, seperti yang dialami Argentina. Jika demikian, maka akan selamanya Indonesia bakal terjebak terus di dalam kategori negara berpendapatan menengah. Kondisi ini tentu akan menghambat Indonesia untuk bisa menjadi negara maju.

“Jangan sampai yang terjadi di Argentina terjadi di kita, jangan sampai juga terjerat di middle income trap kita,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

Dia mengungkapkan, agar Indonesia menjadi negara dengan berpendapatan tinggi, maka perlu banyak reformasi kebijakan ekonomi yang harus dilakukan agar Indonesia menjadi negara maju. Indonesia juga perlu menggenjot pertumbuhan ekonominya ke level 7 persen, dan mempertahankannya sampai tahun 2030.

“Kita makin menjauhi pertumbuhan ekonomi tinggi. Bahkan, kemarin yang diumumkan BPS tidak menunjukkan kecenderungan naik, atau ke angka 6 persen,” ucapnya.

Lebih lanjut dirinya menyarankan, bahwa Indonesia perlu menggenjot investasi, apabila ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya sekaligus pendapatan per kapita. Indonesia, kata dia, perlu menggenjot pertumbuhan investasi di angka 43 persen apabila ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen.

Namun demikian, tambah dia, realisasi investasi yang mengalami perlambatan pertumbuhan, akan semakin mempersulit mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Di mana, pada 2018, realisasi investasi Indonesia hanya tumbuh 4,1 persen, turun drastis dibanding tahun sebelumnya, yang tumbuh 16,4 persen.

“Kita butuh lonjakan investasi sekitar 14 persen untuk ekonomi tumbuh 6 persen. Tapi kalau kita ingin menggenjot pertumbuhan ekonomi ke 7,5 persen, maka kita butuh lonjakan sekitar 43 persen,” tutupnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

7 hours ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

8 hours ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

9 hours ago

NII Melonjak 44,49 Persen, Analis Kompak Proyeksikan Kinerja BTN Bakal Moncer

Poin Penting NII BTN melonjak 44,49 persen yoy menjadi Rp12,61 triliun pada kuartal III 2025,… Read More

20 hours ago

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

22 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

23 hours ago