Jakarta–Survei yang dilakukan Mastercard mengungkapkan bahwa satu dari tiga orang millenial (berusia 18-29 tahun) di Asia Pasifik melakukan jamuan makan resmi (fine dining) setidaknya satu kali dalam sebulan, lebih sering dibandingkan dengan mereka yang berusia 30 tahun ke atas.
Mereka yang paling sering menikmati fine dining di Asia Pasifik adalah generasi millenial dari China, dengan rata-rata mengunjungi restauran yang mahal dua atau tiga kali dalam sebulan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata generasi millenial di seluruh kawasan Asia Pasifik dan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
Pesan dari mulut ke mulut (word of mouth) paling berpengaruh
Saat memilih tempat untuk makan, konsumen di Asia Pasifik masih mengandalkan pesan dari mulut ke mulut (word of mouth) dan rekomendasi dari teman dan keluarga (50%). Hal ini berlaku bagi sebagian besar konsumen, terlepas dari kelompok usia, bahkan kaum millenial lebih mempercayai saran melalui word of mouth (52%) dibandingkan dengan ulasan online (38%).
Hal tersebut bertolak belakang dengan fakta bahwa lebih dari sepertiga millenial (36 persen) menulis komen dan ulasan mengenai pengalaman kuliner mereka secara online. Hal ini berlaku bagi kaum millenial di China (61 %) dan di Thailand (52%), di mana lebih dari setengah generasi muda menuliskan ulasan secara rutin setelah mengunjungi restaurant.
Selain kaum millenial, masyarakat di Thailand (39%) dan di China (30%) juga senang mengeluarkan uang lebih untuk menikmati jamuan makan di restaurant dalam kurun waktu enam bulan mendatang di mana satu dari tiga orang di antara mereka berencana untuk makan di tempat yang lebih mahal.
Namun demikian saat konsumen menikmati fine dining, mereka tetap memperhitungkan biaya yang dikeluarkan. Terdapat 64% konsumen di Asia Pasifik yang secara rutin mengecek diskon atau penawaran makan malam dari situs-situs kupon, aplikasi-aplikasi mobile atau promosi kartu kredit. Terdapat 68% kaum millenial yang secara rutin mencari informasi penawaran sebelum memilih tempat makan.
Eric Schneider, Region Head, Asia Pasifik, MasterCard Advisors, mengatakan Asia selalu menjadi kawasan dengan budaya kuliner yang kuat dan tidaklah mengejutkan jika kaum millenial yang tergolong mampu adalah ‘foodies’, dengan banyaknya orang yang berbagi pengalaman mereka di media sosial dan menuliskan ulasan secara online.
Sementara hasil survei ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat telah bergeser dari pusat jajanan dan lebih memilih restaurant, generasi muda masih memperhitungkan biaya yang dikeluarkan, sehingga mereka melakukan pendekatan yang praktis dan cerdas dengan cara mencari potongan harga serta berbagai penawaran menarik lainnya. Anak muda juga masih mengandalkan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth), dibandingkan dengan ulasan online mengenai tempat makan.
“Dengan kondisi perekonomian Asia yang terus bertumbuh, serta teknologi dan media sosial merevolusi pengalaman kuliner, orang-orang akan semakin membutuhkan pengalaman kuliner yang berkualitas,” kata Eric dalam keterangan resminya Senin 11 Januari 2015. (*) Ria Martati
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More
Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More
Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More