Jakarta — Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara yang paling banyak mendapat serangan malware kripto, khususnya WannaCry, pada Q3 2018.
Secara presentasi dari yang paling tinggi, 10 besar negara yang terkena serangan malware kripto tersebut ialah Afghanistan sebesar 16.85%, disusul Uzbekistan 14.23%, Kazakhstan 10.17%, Belarus 9.73%, Vietnam 8.96%, Indonesia 8.80%, Mozambique 8.50%, Ukraine 7.60%, Tanzania 7.51%, dan Azerbaijan 7.13%.
Satu setengah tahun setelah penyebarannya yang luas, ransomware WannaCry menduduki puncak daftar malware kripto yang paling banyak tersebar dan telah menyerang sebanyak 74.621 pengguna unik di seluruh dunia. Serangan-serangan tersebut menyumbang sebanyak 28,72% dari keseluruhan pengguna yang ditargetkan oleh malware kripto di Q3 2018.
Persentase ini meningkat dibandingkan setahun lalu, dimana serangannya menunjukkan pertumbuhan signifikan yaitu lebih dari dua pertiga dibandingkan Q3 2017. Pada saat itu presentase serangan kripto adalah 16,78%. Fakta ini hanyalah salah satu temuan utama dari laporan evolusi ancaman TI Q3 Kaspersky Lab.
Akibat yang ditimbulkan dari epidemi WannaCry sangat memprihatinkan karena seringkali korban merupakan organisasi yang memiliki sistem jaringan, seperti perusahaan, pabrik dan rumah sakit yang dapat menyebabkan lumpuhnya operasional mereka.
Sementara itu, solusi Kaspersky Lab mendeteksi dan menghadang 947.027.517 serangan berbahaya dari sumber online yang berlokasi di sekitar 200 negara dan wilayah di seluruh dunia. Data ini menunjukkan penurunan 1,7% dibandingkan periode sebelumnya.
Di industri keuangan sendiri, percobaan infeksi oleh malware yang bertujuan untuk mencuri uang melalui akses online ke rekening bank tercatat pada 305.315 komputer pengguna atau meningkat sebesar 41,5% dibandingkan periode sebelumnya.
“Meningkatnya serangan WannaCry menjadi pengingat bahwa epidemi tidak berakhir secepat permulaannya, akan selalu ada konsekuensi jangka panjang. Dalam kasus malware kripto, serangan bisa begitu parah sehingga perlu untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan melakukan patch pada perangkat, daripada nantinya harus berurusan dengan file terenkripsi,”kata Fedor Sinitsyn, peneliti keamanan di Kaspersky Lab, Jumat (16/11).
Fedor menambahkan, untuk mengurangi risiko infeksi oleh WannaCry dan malware kripto lainnya, pengguna disarankan untuk melakukan langkah-langkah seperti selalu perbarui sistem operasi untuk menghilangkan kerentanan terbaru dan gunakan solusi keamanan yang kuat dengan basis data terbaru serta memberikan edukasi terbaik bagi karyawan dan tim TI Anda, serta pastikan data sensitif tetap terpisah, membatasi akses, dan selalu melakukan back up terhadap segalanya.
“Terakhir dan paling perlu diingat bahwa ransomware adalah tindakan kriminal. Anda tidak harus membayar jika terdapat ancaman dari para pelaku kejahatan. Jika Anda menjadi korban, laporkan kepada penegak hukum setempat,” pungkasnya. (Ayu Utami)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More