Jakarta – Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) baru akan terjadi di akhir semester II 2024 atau pada bulan November-Desember sebesar 25 basis poin (bps).
“Kami melihatnya di akhir tahun itu ada kemungkinan satu kali The Fed memangkas suku bunga acuan di 25 bps,” ujar Andry dalam Mandiri Macroeconomic Outlook, Selasa, 14 Mei 2024.
Kemungkinan tersebut dilihat dari berbagai trajektori. Di mana ekspektasi pertumbuhan ekonomi global akan melambat, namun inflasi bakal menurun. Dengan begitu, The Fed memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuannya mulai semester II 2024.
Baca juga: Bank Mandiri Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 5,06 Persen di 2024
Meski demikian, kata Andry, kemungkinan terburuknya The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya di level 5,5 persen di tahun 2024 dan baru akan dipangkas pada kuartal I 2025.
“The Fed menurunkan bunga acuan satu kali, itu yang baseline scenario-nya atau bahkan The Fed tidak memangkas di 2024,” tambahnya.
Perkiraan tersebut, sesuai dengan apa yang diproyeksikan juga oleh Bank Indonesia (BI). Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate bakal mundur dari asumsi perkiraan sebelumnya. BI memperkirakan FFR baru akan mulai turun pada Desember 2024 atau bahkan mundur di tahun 2025.
Perry menjelaskan bahwa BI memiliki sejumlah asumsi perhitungan risiko dan probabilitas kedepan terhadap penurunan FFR. Pertama, asumsi baseline dengan probabilitas di atas 75 persen.
“Dalam skenario kami untuk skenario baseline dengan probabilitas di atas 75 persen, FFR akan turun sekali di 25 bps di triwulan IV 2024 yang kemudian kemungkinan Desember 2024, itu baseline,” ujar Perry dalam Konferensi Pers RDG April 2024.
Kedua, risiko potensial yang probabilitasnya 50-75 persen, maka BI memproyeksikan FFR masih akan tetap pada tahun 2024 yakni di level 5,25-5,5 persen. Namun, akan mulai turun sebesar 50 bps di kuartal I atau II 2025.
Baca juga: BI Pede Ekonomi Kuartal II 2024 Tumbuh di Atas 5 Persen, Ini Pendorongnya
“Potensial resikonya FFR tidak turun di 2024, tetapi baru turun 50 bps di triwulan I atau II 2025,” jelasnya.
Kemudian, asumsi ketiga atau tail risk, FFR akan bertahan tinggi lebih lama lagi pada tahun 2024 dan hanya turun sebesar 25 bps pada tahun 2025. Asumsi ini merupakan skenario terburuk dalam kemungkinan potensi penurunan FFR.
“FFR akan tinggi lebih lama akan tetap di 2024, baru turun ke 25 bps di 2025,” paparnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More