Jakarta – Ramainya tagar “Kabur Aja Dulu” di media sosial memicu spekulasi tentang seberapa besar keinginan nyata masyarakat Indonesia untuk pindah ke luar negeri.
Perusahaan riset konsumen, YouGov pun mengungkap hasil dari migrasi sesaat yang cukup signifikan, terutama di kalangan generasi muda.
General Manager YouGov Indonesia Edward Hutasoit mengungkapkan, dalam dunia konsumen, ada tren yang hanya menjadi topik hangat, tapi ada juga yang benar-benar mendorong orang untuk bertindak, seperti melakukan pembelian.
“Kami melihat pola serupa dalam tren migrasi—bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar wacana, tapi bagi yang lain, bisa jadi ini adalah langkah nyata yang sedang dipertimbangkan,” katanya dikutip Sabtu, 8 Maret 2025.
Ia menjelaskan, data terbaru dari survei YouGov Indonesia yang dilakukan pada 24-27 Februari 2025, menemukan bahwa 41 persen Gen Z mempertimbangkan kemungkinan pindah ke luar negeri dalam beberapa tahun ke depan.
Baca juga : Wadirut Bank Mandiri Beberkan Instrumen Investasi yang Tepat bagi Gen Z
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 31 persen Millennial, 26 persen Gen X, dan 12 persen Baby Boomers.
Selain faktor generasi, status pernikahan dan latar belakang profesional juga berpengaruh terhadap niat untuk pindah. Secara keseluruhan, mereka yang belum menikah lebih terbuka terhadap kemungkinan pindah ke luar negeri (42 persen), sementara mereka yang sudah menikah cenderung memilih untuk tetap di Indonesia (49 persen).
“Menariknya, jika sebelumnya pindah ke luar negeri untuk studi sudah menjadi hal yang umum, kini usia produktif Indonesia juga mulai mempertimbangkan untuk pindah demi memulai bisnis atau berkarier di luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk bermigrasi bukan hanya didorong oleh pendidikan, tetapi juga faktor ekonomi dan peluang usaha yang lebih luas,” lanjut Edward.
Lanjutnya, hasil survei ini juga menemukan bahwa 29 persen individu yang ingin pindah ke luar negeri melakukannya dengan tujuan memulai bisnis sendiri.
Baca juga : Survei Indikator: 81,7 Persen Gen Z Puas dengan Kinerja 100 Hari Presiden Prabowo
Kelompok ini didominasi oleh profesional tingkat tinggi dan individu dari kelas sosial-ekonomi atas (Upper I class), dengan negara tujuan utama untuk memulai usaha adalah Jepang (51 persen), Australia (27 persen), dan Swiss (18 persen).
Dalam konteks motivasi, sebagian besar mahasiswa dan akademisi melihat ini sebagai kesempatan untuk melanjutkan studi (52 persen), sementara profesional muda mempertimbangkan peluang bisnis dan karir global (39 persen).
Pandangan Gen X vs Gen Z
Di sisi lain, kata dia, tidak semua generasi memiliki pandangan yang sama terhadap masa depan Indonesia. Gen X tercatat sebagai kelompok yang paling optimis, dengan 40 persen merasa yakin akan arah perkembangan negara. Sebaliknya, Gen Z memiliki tingkat pesimisme tertinggi, dengan 37 persen merasa kurang yakin terhadap masa depan Indonesia.
Perbedaan ini mencerminkan bagaimana pengalaman hidup dan tahapan karier dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap peluang di dalam negeri maupun di luar negeri.
Namun, tidak semua individu melihat luar negeri sebagai pilihan utama. Di antara mereka yang memilih untuk tetap di Indonesia, banyak yang merespons perubahan dengan strategi seperti meningkatkan karier lokal (41 persen ), mempertimbangkan pendidikan lanjutan (16 persen), atau mengadopsi gaya hidup yang lebih hemat (40 persen).
“Sebagai perusahaan riset, YouGov melihat pola pengambilan keputusan ini serupa dengan cara konsumen mempertimbangkan suatu tren. Harapannya riset ini dapat membantu memperlihatkan bahwa minat terhadap suatu gagasan tidak selalu berarti tindakan langsung, tetapi dapat menjadi indikator dari aspirasi dan perubahan perilaku yang lebih luas,” tutup Edward.
Survei ini dilakukan melalui panel online YouGov dengan metodologi yang telah disesuaikan untuk memastikan hasil yang representatif terhadap populasi Indonesia berdasarkan usia, jenis kelamin, dan wilayah geografis. Survei ini melibatkan 2.003 responden laki-laki dan perempuan yang telah dilaksanakan pada 24-27 Februari 2025. (*)
Editor: Galih Pratama