Keuangan

Jurus BRI Finance Jaga Kualitas Pembiayaan di Tengah Risiko Industri yang Meningkat

Jakarta – PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) optimistis dapat mempertahankan kinerja yang positif serta menjaga kualitas pembiayaan dengan proyeksi non performing financing (NPF) di bawah 2 persen di tengah risiko industri yang meningkat pada semester II 2023.

Pelaksana Tugas Direktur Manajemen Risiko BRI Finance, Ari Prayuwana mengatakan, perseroan tetap optimis piutang pembiayaan tetap tumbuh dengan baik pada semester II 2023. Kendati industri pembiayaan diperkirakan menghadapi sejumlah tantangan ke depannya.

“Kami tetap optimis piutang pembiayaan tetap tumbuh dengan baik pada semester II 2023. Tantangan-tantangan bisa saja terjadi, namun di sisi lain asosiasi seperti Gaikindo optimistis penjualan mobil pada tahun 2023 akan tetap berada dalam tren yang positif. Itu menjadi sinyal positif bagi kami. Kami juga terus melakukan ekspansi pembiayaan mobil bekas dan fasilitas dana, yang diharapkan mampu tetap menjaga pertumbuhan piutang dan profitabilitas perusahaan,” kata Ari dalam keterangan resmi, Kamis 8 Agustus 2023.

Baca juga: Strategi BRI Finance Pacu Pembiayaan Mobil Bekas

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pertumbuhan industri pembiayaan semester II 2023 tidak setinggi semester I 2023. Hal ini disebabkan kemungkinan adanya perubahan profil risiko nasabah setelah pandemi berakhir.

Di mana pada saat pandemi nasabah layak dibiayai karena sebagian persentase pendapatan dapat ditabung atas pengurangan biaya transportasi bagi pekerja/profesional.

Seiring kembalinya mobilitas masyarakat menjadi normal, OJK memperkirakan bahwa situasi ini dapat memengaruhi delinquency rate nasabah yang memiliki fixed income seperti pekerja atau profesional tersebut.

Dampaknya NPF diprediksi bergerak sedikit naik, tapi masih disimpulkan bahwa risiko pembiayaan masih cukup terkendali.

Tantangan lainnya adalah seperti yang diperkirakan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI). Indonesia memasuki tahun politik dan diperkirakan menahan laju investasi, sehingga banyak investor cenderung wait and see dalam mengalokasikan dana. 

Ari menegaskan, potensi risiko dari kondisi eksternal tersebut tentu dapat memengaruhi NPF pembiayaan. Kendati demikian, BRI Finance senantiasa konsisten mengendalikan kualitas pembiayaan sehingga NPF perseroan saat ini masih cukup terkendali. NPF BRI Finance posisi akhir Juni 2023 hanya sekitar 1,73 persen. 

“Persentase itu mengalami penurunan dari 2,07 persen pada akhir Juni 2022 (yoy). BRI Finance memproyeksikan NPF tetap di bawah 2 persen pada akhir tahun 2023,” ujarnya.

Untuk meningkatkan pertumbuhan, BRI Finance terus mengembangkan digitalisasi proses bisnis, pengembangan produk yang menarik, dan meningkatkan sinergi BRI Group maupun BUMN group.

Ari lanjut menjelaskan, hal tersebut diiringi pula dengan menjaga kualitas pembiayaan melalui proses seleksi yang seksama dengan memanfaatkan tools yang tersedia terhadap calon debitur yang akan disetujui untuk meminimalisir risiko gagal bayar. 

Ari lanjut menjelaskan, dengan kemampuan perseroan memitigasi risiko, manajemen BRI Finance memproyeksikan pertumbuhan piutang pembiayaan secara tahunan hingga Desember 2023 berkisar 12,5 persen.

Sedangkan besarnya piutang pembiayaan BRI Finance pada akhir Juni 2023 telah mencapai  lebih dari Rp7 triliun. 

“Melihat kondisi eksternal terutama penjualan mobil yang masih menunjukan tren positif, keragaman produk yang dimiliki perusahaan pembiayaan, dan inisiatif strategi yang dimiliki perusahaan, BRI Finance tetap optimistis dapat menyalurkan pembiayaan baru di atas Rp6 triliun tahun ini,” lanjutnya.

Baca juga: Genjot Bisnis Berkelanjutan, Pembiayaan ESG Bank Mandiri Tembus Rp242 Triliun

Untuk merealisasikan aspirasi tersebut, selain terus melakukan ekspansi penjualan dengan tetap memperhatikan kualitas atau profil dari calon debitur.

Perseroan pun melakukan rekomposisi portofolio pembiayaan konsumer ke arah pembiayaan yang memberi yield yang lebih tinggi.

Perusahaan juga terus mengembangkan kapabilitas untuk menjaga pertumbuhan bisnis melalui pengembangan digitalisasi dengan berbagai tools guna memitigasi risiko agar proses cepat dan akurat.

“Kami pun terus melakukan pengembangan fitur produk yang menarik agar dapat bersaing di pasar. Juga tentunya meningkatkan kompetensi pekerja agar lebih agile dalam menghadapi setiap perubahan kondisi eksternal yang dinamis, sehingga produktivitas tetap terjaga,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Livin’ Fest 2025 Siap Digelar di Grand City Convex Surabaya, Catat Tanggalnya!

Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menghadirkan Livin’ Fest… Read More

35 mins ago

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

15 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

15 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

16 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

17 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

18 hours ago