Forum Diskusi Capaian Satu Tahun Kinerja Kabinet Merah Putih di Bidang Perekonomian bertema “Kemajuan Ekonomi Menuju Asta Cita: Sudah Sejauh Apa?” pada Senin, 20 Oktober 2025. (Foto: M. Adrianto)
Jakarta – Jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia terus menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2024 jumlahnya berada di angka 47,85 juta, turun 9,48 juta dari 2019 yang mencapai 57,33 juta.
Ekonom senior Sunarsip menilai, efek dari pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor tergerusnya kelas menengah di Indonesia. Hal ini tecermin dari laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tergolong lambat.
“Yang menopang pertumbuhan ekonomi khususnya konsumsi rumah tangga, itu masih terbatas makan, minum, dan bahan bakar. Yang lain-lain, yang notabene banyak dikonsumsi kelas menengah, itu belum recover hari ini,” terang Sunarsip di Forum Diskusi Capaian Satu Tahun Kinerja Kabinet Merah Putih di Bidang Perekonomian dengan tema “Kemajuan Ekonomi Menuju Asta Cita: Sudah Sejauh Apa?”, Senin, 20 Oktober 2025.
Baca juga: Purbaya Sudah Kantongi Rp7 Triliun dari Pengemplang Pajak Kelas Kakap
Bahkan, Sunarsip melihat, banyak masyarakat yang mengalami penurunan kelas ekonomi, terutama di wilayah perkotaan. Hal ini menjadi indikator bahwa daya beli belum sepenuhnya pulih.
“Jadi, ini mengonfirmasi kalau kita memang masih belum pulih dari sisi daya beli, khususnya dari kelas menengah,” imbuhnya.
Pemerintah dianggap perlu memberi perhatian lebih untuk kembali mengangkat kelas menengah. Sunarsip berpendapat, salah satu caranya bisa dengan menyerap lebih banyak tenaga kerja formal.
Di sisi lain, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Kementerian Koordinator Perekonomian, Ferry Irawan, menegaskan pemerintah tidak pernah “meninggalkan” kelas menengah.
Ferry beranggapan, pemerintah sudah meluncurkan stimulus untuk menopang golongan tersebut. Ferry mencontohkan, ada subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang jumlahnya tidak sedikit guna meringankan beban masyarakat menengah.
“BBM itu ada komponen subsidinya, dan nilainya itu nggak kecil. Subsidi dan kompensasi energi itu hampir Rp400 triliun. Itu siapa sih yang menikmati? Sebagian juga dari kelas menengah,” kata Ferry.
Baca juga: Pemerintah Kucurkan Stimulus Tambahan Rp30 Triliun untuk BLT dan Program Magang
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga menjadi salah satu wujud bantuan pemerintah terhadap golongan menengah. Ferry berujar, penerima KUR tiap tahunnya mencapai 4 juta debitur, yang mencakup pekerja formal.
Bantuan lain berupa Bantuan Subsidi Upah (BSU), Bantuan Sosial (Bansos), atau subsidi lainnya, akan terus pemerintah keluarkan. Dan di kuartal-IV 2025, pemerintah akan mencairkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Ada alokasi (BLT) sekitar Rp30 triliun itu di desil 4. Ada 35 sekian juta keluarga penerima atau ekuivalen dengan 140 juta penduduk. Itu kita harap bisa memboost daya beli,” tegasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More
Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More