Categories: Pasar Modal

Jumlah Investor Catat Rekor Tertinggi

Jakarta—PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebut, telah terjadi kenaikan jumlah investor saham yang signifikan sepanjang 2015. Margeret M. Tang, Direktur Utama KSEI menyampaikan, jumlah investor saham mengalami kenaikan sebesar 19% dari 364.465 per akhir Desember 2014 menjadi 433.607 per 28 Desember 2015. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan tertinggi sejak kewajiban penerapan kepemilikan Single Investor Identification (SID) diterapkan di pasar modal Indonesia pada 2012.

Margeret mengungkapkan, peningkatan jumlah investor tersebut merupakan hasil dari upaya yang telah dilakukan KSEI, dengan dukungan dan kerjasama yang baik dari OJK, BEI, KPEI, Perusahaan Efek, akademisi maupun Emiten. “Program kerjasama dengan Perusahaan Efek dan Emiten serta akademisi akan kembali digencarkan di tahun mendatang karena program seperti ini efektif menarik minat masyarakat untuk mengenal investasi di pasar modal. Program yang dijalankan mencakup pembukaan rekening Efek yang dilanjutkan dengan sesi edukasi, khususnya mengenai Fasilitas AKSes” imbuh dia.

Sejalan dengan peningkatan jumlah investor, KSEI selaku Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, melakukan serangkaian pengembangan infrastruktur untuk mendukung efisiensi bisnis operasional para pelaku di pasar modal. KSEI berhasil menyelesaikan salah satu milestone pasar modal Indonesia, yaitu fasilitas penyelesaian transaksi dana melalui sistem Bank Indonesia (BI-RTGS) yang memungkinkan Pemegang Rekening KSEI untuk melakukan penyelesaian dana secara lebih mudah dan cepat, karena menggunakan sistem bank sentral yang lebih terpusat.

Pengukuhan kerjasama untuk menambah jumlah Bank Administrator Rekening Dana Nasabah (Bank RDN) dari sebelumnya 6 bank menjadi 9 bank, termasuk bank syariah, merupakan langkah konkrit yang dilakukan KSEI untuk semakin mempermudah proses transaksi Efek, sekaligus memperluas jaringan pasar modal dalam rangka menuju AKSes Financial Hub. Bank RDN yang saat ini bekerjasama dengan KSEI adalah BCA, CIMB Niaga, Bank Mandiri, Bank Permata, BRI, BCA Syariah, BNI, Bank Sinarmas dan Bank Syariah Mandiri.

“Apabila memang perlu dan memungkinkan, tidak tertutup kemungkinan jika KSEI akan menambah kembali jumlah bank RDN, agar sinergi pasar modal dan jaringan perbankan semakin luas, dimana kami harapkan kedepannya pembelian produk-produk pasar modal, seperti pembelian saham IPO dan reksadana dapat dilakukan melalui jaringan perbankan antara lain ATM, internet banking dan sebagainya,” kata Margeret.
Sinergi KSEI dengan infrastruktur Bank RDN ini dikembangkan melalui jaringan ATM, internet banking dan mobile banking, dengan demikian ke depannya investor dapat melakukan instruksi penarikan dana RDN, instruksi pembelian/penjualan unit penyertaan reksadana, pembelian IPO, dan lainnya, demikian ditambahkan Margeret.

Jumlah Efek yang tercatat di C-BEST sampai dengan tanggal 28 Desember 2015 naik menjadi 1.335, dibanding tahun sebelumnya yaitu 1.249. Namun, total aset menurun 7% dibanding tahun sebelumnya, dari Rp 3.198,03 triliun menjadi Rp 2.984,76 triliun. Penurunan ini sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Walaupun terjadi penurunan aset, namun terjadi peningkatan frekuensi penyelesaian transaksi Efek dan instruksi harian.
Sampai dengan akhir 2015, KSEI mencatat peningkatan frekuensi penyelesaian transaksi Efek sebesar 14% dari 3.100.600 pada periode Januari – Desember 2014, dibandingkan dengan periode yang sama periode Januari-28 Desember 2015ini yang mencapai 3.533.898. Rata-rata instruksi harian juga meningkat sekitar 14% dari 12.812 instruksi menjadi 14.543 instruksi dibanding periode yang sama tahun lalu.

Total saham yang tercatat di C-BEST sampai dengan tanggal 28 Desember 2015 masih didominasi kepemilikan investor asing. Secara presentasi, komposisi kepemilikan lokal maupun asing tidak mengalami perubahan namun secara nilai keduanya mengalami penurunan akibat penurunan IHSG. Investor lokal semakin mendominasi kepemilikan Obligasi Korporasi dan Sukuk. Berdasarkan data yang tercatat di C-BEST per tanggal 28 Desember 2015, persentase kepemilikan investor lokal naik menjadi 93% dari sebelumnya 91%. Secara nilai, terdapat peningkatan baik pada kepemilikan investor asing maupun lokal. (*) Rezkiana Nisaputra

Apriyani

Recent Posts

Tabungan Jadi Prioritas atau Gaya Hidup? Simak Pandangan UOB Indonesia

Jakarta - UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi… Read More

4 hours ago

OJK Tegaskan Penghapusan Utang Kredit UMKM Tak Perlu Aturan Turunan

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa penghapusan utang kredit usaha mikro, kecil, dan… Read More

6 hours ago

Strategi UNTD Hadapi Persaingan Motor Listrik di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Tangerang - PT Terang Dunia Internusa Tbk, menyiapkan sejumlah strategi khusus menghadapi pelemahan daya beli… Read More

8 hours ago

Gara-gara Kasus Investree, OJK Tegas Bakal Lakukan Ini ke Industri Fintech Lending

Jakarta - Kasus yang menimpa PT Investree Radhika Jaya atau Investree menyita perhatian masyarakat, dianggap… Read More

8 hours ago

Era Open Banking, OJK Wanti-wanti 3 Tantangan Ini ke Industri Perbankan

Jakarta - Istilah open banking mengacu kepada aksesibilitas data yang semakin terbuka, memungkinkan bank untuk… Read More

8 hours ago

Gelar Indonesia Knowledge Forum 2024, BCA Dorong Penguatan Sektor Bisnis

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2024, di… Read More

9 hours ago