Nusa Dua – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa pengembangan ekonomi digital membutuhkan kebijakan yang akomodatif. Dalam hal ini, otoritas perlu menerapkan kebijakan secara light touch (tidak terlalu mengekang) dan safe harbour (tanggung jawab terpisah antara penyedia situs jual beli daring berkonsep marketplace dengan penjual yang memakai jasa mereka).
Dengan demikian, kata dia, inovasi pun akan memiliki ruang untuk berkembang dengan baik. Dia mengungkapkan, ekonomi digital telah menjadi urat nadi perekonomian ritel saat ini. Pengaturan yang akomodatif menjadi semakin penting, agar masyarakat tidak terdorong ke arah sudut-sudut internet yang tidak diregulasi. Untuk itu, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal sosialisasi kepada otoritas.
Perhatian yang diberikan Presiden RI terhadap pengembangan ekonomi digital ini diapresiasi oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Presiden RI dianggap memiliki komitmen yang tinggi terhadap reformasi, termasuk dari sisi kemudahan berbisnis (ease of doing business) maupun pembangunan infrastruktur. Hal tersebut memungkinkan ekonomi digital di Indonesia saat ini berkembang pesat.
Hal tersebut mengemukabdalam Bali Fintech Agenda, salah satu kegiatan dalam rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-WB) di Nusa Dua Bali, Kamis, 11 Oktober 2018. Bali Fintech Agenda membuahkan 12 elemen untuk mendukung pengembangan ekonomi digital dan teknologi keuangan:
1. Menyambut revolusi di bidang teknologi keuangan
2. Memberi ruang penggunaan teknologi baru untuk meningkatkan layanan jasa keuangan
3. Mendorong kompetisi dan berkomitmen menciptakan pasar yang terbuka, bebas dan teruji
4. Mendukung keuangan inklusif dan mengembangkan pasar keuangan
5. Memonitor perkembangan secara erat untuk meningkatkan pemahaman atas sistem keuangan yang tengah berevolusi
6. Mengadaptasi regulatory framework dan pengawasan untuk pengembangan sistem keuangan yang stabil
7. Menjaga integritas finansial
8. Memperbarui kerangka hukum untuk menyediakan lanskap hukum yang akomodatif
9. Memastikan stabilitas sistem moneter dan keuangan
10. Mengembangkan infrastruktur keuangan dan data yang mumpuni untuk menjaga kesinambungan manfaat teknologi keuangan
11. Mendorong koordinasi dan kerja sama internasional serta berbagi informasi
12. Mengembangkan pengawasan kolektif terhadap risiko sektor keuangan.
Ekonomi digital memang menjadi salah satu topik banyak diangkat secara internasional. Dalam kesempatan berbeda, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menyampaikan optimalisasi teknologi ekonomi dan keuangan digital sangat penting untuk dapat mengambil keuntungan dari teknologi tersebut. Namun, terdapat risiko yang datang dari penggunaan teknologi.
“Pembuat kebijakan memiliki peran yang penting dalam mendukung penggunaan teknologi secara meluas, dengan tetap menjaga stabilitas dan keamanan. Luasnya jangkauan teknologi yang sangat besar telah memberi pengaruh kepada bisnis proses bank sentral, termasuk dengan munculnya tren uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/CBDC),” ujarnya. (*)
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More