Jakarta–Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengaku heran dengan kondisi perbankan nasional yang masih mematok suku bunga tinggi. Padahal, Bank Indonesia (BI) sendiri telah menurunkan suku bunga acuannya (BI Rate) sebanyak tiga kali menjadi 6,75%.
Menurut Jokowi, masih tingginya suku bunga bank di Indonesia, lantaran masih adanya permasalahan di perbankan nasional yang belum teratasi dengan baik. Oleh sebab itu, dirinya meminta agar perbankan nasional bisa menerapkan suku bunga rendah seperti di negara lain.
“Sebenarnya kuncinya simple. Di negara lain saja bisa (suku bunga rendah), kenapa di kita suku bunga masih tinggi?” tanya Jokowi, saat dialog publik yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di Balai Kartini, Jakarta, Rabu, 30 Maret 2016.
Sejauh ini, kata dia, masyarakat atau nasabah yang menyimpannya uangnya di bank, selalu meminta dengan bunga yang tinggi. Kondisi ini tentu membuat bank-bank bersaing untuk menawarkan suku bunga tinggi, sehingga bunga kredit pun sulit untuk turun.
“Makanya, hal seperti itu yang akan kita kendalikan. Apalagi uang-uang BUMN yang disimpan di perbankan itu sangat banyak dan minta suku bunga tinggi. Sekarang sudah tidak bisa lagi,” ucapnya.
Meski demikian, dia mengaku bahwa dirinya tidak bisa mengatur perbankan swasta yang masih mencari untung besar. “Saya juga paham ada cost of money yang tinggi dari perbankan kita. Tapi saya harap tidak ada lagi suku bunga tinggi,” tukasnya.
Dengan kondisi tersebut, dirinya berharap agar sinkronisasi antar sektor keuangan dan sektor riil semakin kuat. Sehingga dampaknya lebih positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Makanya, saya selalu minta BI, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan pemerintah harus sering rapat bareng agar ada sinkronisasi antara kebijakan moneter dan fiskal,” tambah Jokowi.
Namun begitu, dirinya menyebut, keinginannya tersebut bukan sebagai bentuk intervensi pemerintah, akan tetapi, hal ini hanya sebagai masukan saja dari pemerintah. “Ini bukan bentuk intervensi. Saya hanya mau mereka sering rapat bareng saja,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Asosiasi Perbankan Daerah (Asbanda), Kresno Sediarsi menyambut baik keinginan pemerintah terkait suku bunga single digit. Namun kenyataannya, pemilik modal yang mau menyimpan dananya selalu meminta suku bunga tinggi.
“Jadi pemilik dana itu lebih menentukan dalam suku bunyanya. Itu kenyataannya Pak,” papar dia.
Dengan dana besar yang disimpan di perbankan, para pemilik modal tersebut selalu minta imbal jasa yang lebih tinggi. “Sehingga bagi mau tidak mau harus memberikan suku bunga tinggi. Itu yang kemudian memberatkan kami,” tutup Kresno. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More