News Update

Jokowi Diminta Tegas Terkait Kekeliruan Data Beras Kementan

Jakarta – Kesalahan data produksi beras yang disampaikan Kementerian Pertanian (Kementan) turut menyesatkan pemerintah dalam membuat kebijakan. Akibat data yang tak akurat tersebut, pemerintah pun tidak bisa mengantisipasi berbagai situasi terkait pangan utama masyarakat ini.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta tegas menindak Kementerian tersebut, lantaran data yang dikeluarkan tidak akurat. “Salah data, harusnya Pak Jokowi tegas. Berarti selama ini (Kementan) salah memberikan informasi kepada pemerintah,” ujar ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 24 Oktober 2018.

Salahnya data yang dirilis oleh Kementan, dipandangnya telah menimbulkan berbagai implikasi ekonomi. Dirinya mencontohkan, klaim surplus beras Kementan telah membuat pemerintah tidak mengantisipasi stok beras yang berimbas langkanya beras di pasaran. Alhasil, harga beras pun menjadi labil.

“Makanya harga berasnya bisa melompat-melompat, nggak stabil. Padahal, itu kan merupakan pangan yang paling dibutuhkan oleh masyarakat kita,” ucapnya.

Jumlah produksi yang terlalu tinggi akibat salah perkiraan luas lahan baku sawah ini akan membuat pemerintah sulit mengantisipasi makin tergerusnya di lima tahun ke depan, lantaran produksinya yang sebelumnya tidak bermasalah. Jika dibiarkan terus tanpa ada kebijakan untuk mempertahankan lahan sawah ini, defisit pangan beras akan makin besar.

Menurutnya, jika stok pangan saja tidak bisa mencukupi, berarti kedaulatan pangan melemah dan Indoneaia akan makin bergantung pada impor.

Di sisi lain, dirinya mengapresiasi data terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Lana meminta semua pihak menerima data terbaru ini guna bisa menyusun kebijakan yang lebih baik untuk kepentingan pangan ke depan. Dikatakannya, data terbaru ini mesti menjadi langkah awal untuk menuju perbaikan pangan di masa mendatang.

“Semua pihak harus menerima. Kementerian Pertanian juga nggak bisa ngotot. Kalau memang kondisinya kayak begini, apa nih yang mesti dilakukan. Kementerian Pertanian mesti punya program yang lebih jelas,” tuturnya.

Perbedaan data produksi beras versi BPS dan Kementan di tahun 2018 ini memang terlihat jomplang. Kementan mengklaim di tahun ini produksi beras bisa mencapai 46,5 juta ton, artinya surplus bisa mencapai 13,03 juta ton karena konsumsi nasional untuk komoditas ini hanya 33,47 juta ton dalam setahun.

Padahal, data terbaru BPS mencatat, produksi beras di 2018 sekitar 32,42 juta ton. Dengan jumah ini, surplus yang tercatat hanya 2,85 juta ton karena konsumsi mencapai 29,57 juta ton.

Berbedanya data tersebut, dikatakan Kepala BPS Suhariyanto, karena adanya perbedaan luas lahan baku sawah. Kementan masih menggunakan luas lahan baku sawah sebesar 7,75 juta hektare sesuai SK Kepala BPN-RI No.3296/ Kep-100.18/IV/2013 Tanggal 23 April 2013. Padahal asliya, luas lahan baku sawah saat ini hanya 7,10 juta hektare.

“Ketika luas lahan baku sawahnya keliru, semuanya bisa keliru,” jelas Suhariyanto. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

BI Laporkan Uang Beredar Oktober 2024 Melambat jadi Rp9.078,6 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More

28 mins ago

IIF Raih Peringkat Gold Rank pada Ajang Penghargaan ASRRAT

Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More

49 mins ago

Hyundai New Tucson Mengaspal di RI, Intip Spesifikasi dan Harganya

Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More

51 mins ago

Direktur Keuangan Bank DKI Raih Most Popular CFO Awards 2024

Jakarta - Romy Wijayanto, Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI menerima penghargaan sebagai Most Popular… Read More

1 hour ago

Wamenkop: Koperasi jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Jeratan Rentenir

Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More

2 hours ago

Presiden Prabowo Bawa Oleh-oleh Investasi USD8,5 Miliar dari Inggris

Jakarta – Optimisme para pelaku usaha di Inggris terhadap ekonomi di Tanah Air masih solid.… Read More

2 hours ago