Moneter dan Fiskal

Jepang dan Inggris Resesi, Sri Mulyani Beberkan Penyebabnya

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa sejumlah lembaga internasional telah memperkirakan kinerja perekonomian negara-negara maju akan mengalami tekanan.

Hal tersebut mulai terjadi di Inggris dan Jepang yang resmi masuk ke dalam jurang resesi. Ini disebabkan dalam dua kuartal ekonomi kedua negara tersebut mengalami kontraksi. 

“Tahun ini beberapa lembaga memang menyampaikan bahwa kinerja dari perekonomi negara-negara maju akan cukup tertekan, karena kenaikan suku bunga di berbagai negara itu cukup tinggi dalam waktu yang sangat singkat,” ujar Sri Mulyani saat ditemui awak media, di Hotel St Regis Jakarta, Selasa 20 Februari 2024. 

Baca juga: Jepang dan Inggris Resesi, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Modal RI?

Sri Mulyani menyebutkan, tentunya hal tersebut akan memengaruhi kinerja perekonomian Jepang dan Inggris, yang pada akhirnya menyebabkan outlook ekonomi negara-negara G7 pada 2024 cenderung melemah. 

“Nanti kita lihat minggu depan kan saya menghadiri G20 di Brazil pasti nanti akan ada update mengenai kondisi perekonomian global,” ungkapnya.

Selain itu, tambah Menkeu, perekonomian Jepang dan Inggris sudah cukup lemah. Salah satu pemicunya dipengaruhi perang geopolitik di Ukraina. Tak hanya di Eropa, tapi dampaknya juga dirasakan Jepang.

“Entah karena perang di Ukraina yang memengaruhi terutama Eropa, tapi juga Jepang dan Eropa secara umum juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi terutama suku bunga naik,” katanya.

Sebagaimana diketahui, Jepang telah mengumumkan mengalami resesi ekonomi saat ini. Hal tersebut setelah dua kuartal ekonomi Jepang mengalami kontraksi pada kuartal ketiga dan keempat tahun lalu.

Baca juga: Bos OJK Beberkan Tantangan Perekonomian Dunia Saat ini

Data resmi pemerintah Jepang yang diungkap Kamis, 15 Februari lalu menunjukkan, ekonomi negara Sakura tersebut menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,4 persen pada periode Oktober-Desember. Karena daya belanja yang lemah.

Kemudian, produk domestik bruto (PDB) riil, nilai total barang dan jasa yang diproduksi di Jepang, menyusut 0,1 persen dari kuartal sebelumnya. Hal itu sangat memengaruhi perekonomian di Jepang saat ini. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

56 mins ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

2 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

5 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

5 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

6 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

8 hours ago