Moneter dan Fiskal

Jelang Tahun Politik, Iklim Investasi Indonesia Melambat

Jakarta – Kondisi politik di Indonesia mulai menggeliat jelang pesta demokrasi Pemilu 2024. Partai politik (parpol) pun sudah ancang-ancang dalam merebut simpati dan dukungan masyarakat.

Pada pemilu 2024 sendiri terdapat tiga agenda besar yang digelar secara bersamaan yakni Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tensi politik penyelenggaraan pemilu akan memanas. Kondisi ini turut berpengaruh pada kondisi perekonomian di Tanah Air.

Banyak pihak pun mempertanyakan bagaimana pengaruh politik terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2024.

Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menilai, penyelenggaraan pesta demokrasi pemilu pada 2024 sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Dalam hal ini menyangkut iklim investatasi.

Para investor, kata dia, cenderung wait and see dalam melihat kandidat yang diusung parpol tersebut. Bagaimana pun, kandidat yang maju sebagai bakal calon Presiden dan Wakil Presiden sedikit banyak mempengaruhi iklim investasi.

“Jika melihat dampaknya terhadap investasi baru akan slow down atau melambat jelang pemilu karena investor cenderung wait and see melihat kandidat yang diusung oleh partai politik, “ kata Radhika dikutip 29 Maret 2023.

Akan tetapi untuk investasi yang sudah terjalin sebelumnya masih aktraktif dan cenderung tidak akan berpengaruh terhadap pemilu 2014.

“Secara kepemimpinan siapapun yang terpilih tidak akan terlalu drastis. Investasi yang sudah ada akan tetap berjalan namun untuk investasi yang akan terjalin sedikit tersendat,” jelasnya.

Sebelumnya, pihaknya memperkirakan bahwa investasi publik akan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi 2023 sekaligus meredam kecenderungan pemerintah dalam menerbitkan kebijakan populis jelang Pemilu 2024.

Ia menjelaskan, kondisi defisit anggaran APBN 2022 yang lebih rendah dari perkiraan awal menjadi modal utama pemerintah untuk menata keuangan negara tahun ini.

Misalnya saja, kebutuhan pembiayaan senilai Rp580 triliun yang jauh lebih rendah dari anggaran awal Rp840,2 triliun turut memberi ruang pemanfaatan fiskal.

“Penerimaan yang tinggi turut membuat pemerintah mengambil langkah reorientasi pengeluaran pada 2023 sehingga pertumbuhan domestik berkaitan dengan pengurangan subsidi serta pelemahan harga minyak global, yang membantu meringankan pengeluaran,” pungkasnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Bikin Ngiler! Segini Uang Pensiun Jokowi Usai Lengser dari Jabatan Presiden

Jakarta - Pada 20 Oktober 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan lengser dari jabatannya sebagai… Read More

1 hour ago

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas dalam Serangan Israel

Jakarta – Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dikabarkan tewas dalam serangan yang dilancarkan militer Israel di… Read More

1 hour ago

Bos BEI Harap Ada BUMN IPO di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan harapannya kepada pemerintah kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming… Read More

2 hours ago

Kadin Bentuk Asosiasi Keamanan Siber ADIKSI, Perkuat Ekosistem Digital di Indonesia

Jakarta - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) meresmikan Asosiasi Digitalisasi dan Keamanan Siber Indonesia… Read More

2 hours ago

Bank Mega Syariah Umumkan Pemenang Program Berkah Berlimpah Mega Syariah Tahap Tiga

Jakarta – Bank Mega Syariah mengumumkan sebanyak 71 nasabah beruntung terpilih sebagai pemenang program Berkah Berlimpah Mega… Read More

2 hours ago

OJK Bergabung dengan Global Asia Insurance Partnership, Perkuat Perasuransian di Asia

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan telah bergabung dengan Global Asia Insurance Partnership (GAIP)… Read More

3 hours ago