Moneter dan Fiskal

Jarang Diketahui! ISEI Bongkar Penyebab Ekonomi RI Keok dari Vietnam

Jakarta – Ketua Kajian Industri Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) & Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (PP ISEI), Fajar Harry Sampurno Kuffal, heran terhadap pertumbuhan ekonomi dan industri Indonesia yang tertinggal dari Vietnam.

Padahal, Harry melihat bahwa ada banyak kesamaan antara Indonesia dan Vietnam dalam menjalankan kebijakan ekonomi. Bahkan, pola pertumbuhan industri dan ekonomi dari kedua negara ini terlihat mirip.

“Indonesia melakukan (apa yang) Vietnam lakukan tahun 80-an, jadi 20 tahun lebih cepat daripada Vietnam. Di era 80-90-an, walaupun tidak persis sama, tapi polanya sama,” tutur Harry pada Selasa, 17 September 2024.

Baca juga: Kongres ISEI XXII Siap Digelar Pekan Ini, Soroti Tantangan Transformasi Ekonomi

Khususnya, di era 80-an, pertumbuhan sektor industri di Indonesia tumbuh 12-13 persen per tahun, dan pertumbuhan ekonominya bahkan seringkali di atas 5 persen. Sementara, pertumbuhan industri Vietnam baru meledak memasuki tahun 90-an pertengahan, serta konsisten mencatat pertumbuhan ekonomi yang mirip dengan Indonesia di dekade sebelumnya.

Sayangnya, pertumbuhan industri dan ekonomi Indonesia seakan mandek memasuki era 2000-an. Dan sebaliknya, pertumbuhan negara berjuluk “Negeri Naga Biru” ini justru melesat melampaui Indonesia.

“(Pertumbuhan) industri kita itu tidak pernah lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi. Hanya 4 persen. Sementara, di Vietnam tadi (pertumbuhannya) 13 persen. Sejak reformasi, kita tidak pernah (melebihi) pertumbuhan itu,” papar Harry.

Dan, meskipun ekonomi Indonesia konsisten berada di kisaran 5 persen, seringkali ini ditopang dari konsumsi rumah tangga. Di sini, Harry mengungkapkan faktor utama di balik alasan melejitnya pertumbuhan industri negara berbendera merah bintang kuning ini.

Faktor yang dimaksud adalah kebijakan “Made in Vietnam” yang kental di negara tersebut. Kebijakan ini diberlakukan sejak Doi Moi, yakni reformasi ekonomi pada 1986 silam, dan berlangsung hingga pertengahan 2010-an.

Baca juga: INDEF: Kenaikan PPN 12 Persen Bisa Bikin Ekonomi RI Terkontraksi

“Dari yang saya pelajari mengenai Vietnam, itu ada satu yang kita jarang ketahui. Yaitu sejak reformasi Doi Moi itu, ada kebijakan yang namanya Made in Vietnam. Kebijakan ini bertahan sampai 10 tahun yang lalu,” jelas Harry.

Kebijakan inilah yang menurut Harry menjadi pembeda utama antara Indonesia dengan negara tetangganya. Banyak barang-barang, termasuk produk dari negara asing, yang diproduksi di Vietnam, membuat sektor industri di Vietnam bergelora. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Donald Trump Isyaratkan Akhiri Konflik Gaza Sebelum Biden Lengser

Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan rencana untuk mengakhiri konflik yang berlangsung… Read More

2 hours ago

Allianz Catat Pertumbuhan GWP 10 Persen di November 2024, Segini Nilainya

Jakarta – PT Asuransi Allianz Utama Indonesia (Allianz Utama) mencatatkan pertumbuhan positif untuk Growth Written Premium atau GWP… Read More

2 hours ago

Stok Energi Primer Cukup, PLN Siap Pasok Listrik Andal Selama Nataru

Jakarta - PT PLN (Persero) memastikan keandalan pasokan listrik menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru… Read More

3 hours ago

Kualitas Aset Membaik, KB Bank Targetkan Peningkatan NII hingga 2,3 Persen di 2025

Jakarta– KB Bank mulai mencetak kinerja positif dengan perbaikan kualitas aset dan ekspansi portofolio kredit… Read More

3 hours ago

Dirut Bank Mandiri: Indonesia Berperan Vital dalam Perubahan Iklim Global

Jakarta - Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri Darmawan Junaidi menilai, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengurangi… Read More

3 hours ago

BRI Tegaskan Tak Ada Serangan Ransomware, Sistem Perbankan Normal dan Data Nasabah Terjaga

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) buka suara terkait isu serangan ransomware terhadap… Read More

8 hours ago