News Update

Jangan Khawatir, Likuiditas Bank Nasional masih Kuat

Jakarta – Indikator likuiditas perbankan dinilai masih dalam keadaan stabil hingga akhir tahun 2020. Hal tersebut tercermin dari angka capital adequacy ratio (CAR) secara industri yang masih dalam batas aman di level 22,17% pada April 2020.

Hal tersebut disampaikan Ekonom Josua Pardede ketika dihubungi oleh infobanknews. Menurutnya, kabar kurang sedap yang mengampiri Bank Bukopin bukan mencerminkan kondisi perbankan nasional terlebih CAR Bank Bukopin yang masih dalam batas aman basel OJK di level 12,59% pada kuartal I-2020.

“Dengan masih tingginya CAR disertai dengan fasilitas Bank Indonesia untuk repo SBN bagi sektor perbankan, maka sejauh ini likuiditas masih berada di angka yang relatif aman, setidaknya hingga 3-6 bulan ke depan,” kata Josua di Jakarta, Jumat 12 Juni 2020.

Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, bahwa likuiditas perbankan sejak awal tahun 2020 memang cenderung lebih ketat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namu hal tersebut lantara adanya implementasi PSAK 71 pada sektor perbankan.

Terlebih, dengan adanya pandemik COVID-19 ini, diperkirakan likuiditas akan semakin mengetat pada pertengahan tahun terutama bagi bank-bank yang relatif banyak menyalurkan dananya ke UMKM. Meskipun begitu, dirinya memandang likuiditas bank masih aman.

“Diperkirakan likuiditas akan semakin mengetat karena adanya program restrukturisasi dari pemerintah. Namun pada bulan April, CAR masih berada pada level 22,17%, meningikat dibandingkan CAR bulan Maret sebesar 21,67%,” jelas Josua.

Sebagai informasi saja, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan hingga April 2020 memang masih tumbuh sejalan dengan perlambatan ekonomi. Berdasarkan data OJK, kredit perbankan hanya tumbuh sebesar 5,73% yoy, lebih rendah dari Maret 2020 yang sempat mencapai 7,95%.

Profil risiko lembaga jasa keuangan pada April 2020 juga masih terjaga pada level yang terkendali dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 2,89% (NPL net Bank Umum Konvensional (BUK): 1,09%) dan Rasio NPF sebesar 3,25%.

Selain itu LPS juga mencatat pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) 9,54% yoy. Pretumbuhan DPK yang cenderung lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang membuat LDR masih cukup longgar yaitu di level 91,92%. Adanya peningkatan pertumbuhan kredit sepanjang periode Maret disebabkan pertumbuhan kredit valas dan modal kerja yang meningkat. (*)

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

6 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

7 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

10 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

10 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

11 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

13 hours ago