Jakarta – Potensi ekspor produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke negara tetangga seperti Malaysia cukup besar. Sektor makanan, bahan kimia, dan logam dasar memberi kontribusi terbesar.
Menurut data Kementerian Perindustrian RI, terdapat 23 kelompok hasil industri yang diekspor ke Malaysia dari tahun 2012 – 2016. Pada tahun 2016, nilainya mencapai 4,87 miliar dolar AS atau setara Rp65,74 triliun.
Angka tersebut sejatinya masih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi UMKM terhadap total PDB Indonesia sebesar 50%. Ini yang membuat Indonesia masuk dalam Top 5 Growing Economy di ASEAN berdasarkan IMF Outlook 2017.
Ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,2% setelah Filipina (6,6%) Vietnam (6,3%), dan Malaysia (5,4%). Pertumbuhan ekonomi Thailand (3,7%) berada di bawah Indonesia.
Masih kecilnya kontribusi UMKM terhadap nilai ekspor Indonesia mendorong Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) untuk mendukung upaya-upaya ke arah peningkatan ekspor produk-produk UMKM.
“Potensi ada, tinggal bagaimana kita menggarapnya,” ujar Direktur Utama Perum Jamkrindo, Randi Anto saat membuka diskusi “Peluang dan Tantangan UMKM dalam Akses Pasar ke Malaysia”, di Gedung Jamkrindo, Jumat, 12 Januari 2018.
Jamkrindo memiliki kompetensi dan kapasitas untuk membantu UMKM memperluas pasar hingga keluar negeri. Sebagai satu-satunya BUMN penjamin kredit, Jamkrindo selama ini berperan aktif dalam menaikkan “kelas” UMKM.
“Caranya dengan menjadikan UMKM tak hanya feasible tapi juga bankable, serta membantu akses pasar mereka. Ini bagian dari kepedulian Jamkrindo pada pertumbuhan ekonomi makro,” tutur Randi Anto.
Bonus
Secara potensi, Indonesia sebetulnya menguasai 60% pasar dari total sembilan negara anggota ASEAN. Kalau digarap secara optimal akan menjadi potensi penggerak sektor UMKM secara luar biasa.
“Kalau peluang pasar di luar negeri seperti Malaysia, itu adalah bonus. Ini potensial karena dari sisi culture, habit, dan religi banyak kesamaan dengan Indonesia. Sehingga kebutuhan sehari-hari banyak kesamaan yang bisa di-support,” papar ekonom Indef Enny Sri Hartati.
Apalagi, dari total 27 juta penduduk Malaysia, sekitar 10%-nya adalah tenaga kerja dari Indonesia (TKI). “Sekitar tiga juta TKI bisa jadi agen produksi yang sangat bagus,” ujar Enny.
Persoalannya, lanjut Enny, bagaimana mensinergikannya. Sebab, kendalanya lebih banyak di Indonesia, bukan di negara tujuan, seperti kendala kualitas kontrol dan legalitas.
Malaysia menjadi negara favorit ekspor produk-produk UMKM, menurut ekonom UI Dr Eugenia M, karena secara jarak relatif dekat dengan Indonesia, sehingga transportasinya terjangkau.
“Selain itu, Malaysia bisa dijadikan pintu masuk ke negara-negara lain di kawasan ASEAN,” ujar Eugenia. (Darto W)
Direktur Pemberdayaan dan Layanan UPZ CSR BAZNAS RI Eka Budhi Sulistyo (kanan) dan Seketaris Perusahaan… Read More
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi tengah membrikan sambutan saat Musyawarah… Read More
Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Haryanto T. Budiman memberikan sambutan saat peluncuran program… Read More
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More