BI: Fluktuatif Nilai Tukar Gonjang Ganjingnya Seluruh Dunia
Jakarta – Koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah perlu terus ditingkatkan dalam pengendalian inflasi di tahun ini, terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices atau harga barang dan jasa yang diatur oleh Pemerintah.
Penguatan koordinasi Pemerintah dan BI ini sebagai respon dari realisasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di bulan April 2017 yang menunjukkan inflasi sebesar 0,09 persen (month to month/mtm), atau meningkat bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,02 persen (mtm).
“Sejumlah risiko administered prices
ini sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa,” ujar Direktur Eksekutif BI Tirta Segara dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa, 2 Mei 2017.
Menurutnya, inflasi IHK terutama disumbang oleh inflasi komponen administered prices. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK hingga bulan April tercatat 1,28 persen (year to date/ytd) atau secara tahunan mencapai 4,17 persen (yoy). Inflasi administered prices April 2017 mencapai 1,27 persen meningkat dari bulan lalu sebesar 0,37 persen.
Peningkatan inflasi administered prices terutama disebabkan kenaikan tarif listrik akibat penyesuaian tarif listrik tahap kedua untuk pelanggan pascabayar daya 900 VA nonsubsidi. Selain itu, inflasi administered prices juga didorong oleh penyesuaian tarif angkutan udara, harga bensin, dan rokok. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar 8,68 persen (yoy).
Sedangkan inflasi inti April 2017 tercatat sebesar 0,13 persen (mtm), sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,10 persen (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan, tarif pulsa ponsel, dan sewa rumah. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,28 persen (yoy).
Peningkatan inflasi kelompok administered prices dan kelompok inti tertahan oleh kelompok volatile food yang pada April 2017 tercatat mengalami deflasi sebesar 1,26 persen (mtm), melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,77 persen (mtm). Deflasi terutama bersumber dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, daging sapi, ikan segar, telur ayam ras, dan minyak goreng.
Penurunan harga pangan terjadi seiring dengan melimpahnya pasokan karena panen raya. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 2,66 persen (yoy). “Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4 persen 1 persen,” ucapnya. (*)
Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More
Poin Penting PINTU meluncurkan fitur Auto DCA Explore Plans untuk memudahkan investor berinvestasi rutin dengan… Read More
Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More
Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More
Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More
Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More