Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Bukopin Tbk telah memutuskan untuk mengangkat Eko Rachmansyah Gindo sebagai Direktur Utama menggantikan Glen Glenardi yang mengundurkan diri. RUPSLB juga mengangkat Rivan Achmad Purwantono sebagai Direktur Bank Bukopin.
Direktur Utama dan Direktur baru Bank Bukopin ini sama-sama memiliki pengalaman di bidang perbankan yang cukup lama. Eko Rachmansyah Gindo memiliki pengalaman 22 tahun di bidang perbankan, keuangan, semen dan energi. Sedangkan Rivan Achmad Purwantono memiliki pengalaman 25 tahun di bidang perbankan.
Eko Rachmansyah Gindo, pria berusia 47 tahun ini memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Teknik di Institut Teknologi Bandung. Sebelum menjabat Direktur Keuangan dan Perencanaan di Bank Bukopin, dirinya pernah menjabat sebagai Direktur Utama Bank Victoria lntenational, Komisaris Utama Bank Victoria International, Direktur Utama Semen Bosowa Indonesia, dan Dewan Komisaris Bank Victoria Syariah.
Sementara Rivan Achmad Purwantono merupakan lulusan S1 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S2 Hukum Universitas Pelita Harapan Jakarta. Sebelum menjabat General Manager Bisnis Konsumer di Bank Bukopin, dirinya juga sempat pernah menjabat sebagai General Manager Pengembangan Bisnis Bank Bukopin selama 3 tahun.
“Di General Manager Pengembangan Bisnis 3 tahun, kemudian General Manager Bisnis Konsumer di Bank Bukopin baru 3 bulan,” ujar Rivan kepada Infobank, di Jakarta.
Selain itu, dirinya juga pernah menjadi Kepala Divisi Dana Komersial Bank Bukopin, Kepala Divisi Manajemen Pemasaran Bank Bukopin, dan Kepala Divisi Manajemen Penjualan Konsumer Bank Bukopin. Sebelum bergabung di Bukopin, Rivan sempat berkarir di Lippo Bank selama 14 tahun. Dirinya pernah menjabat sebagai Kepala Cabang Lippo Bank selama 9 tahun.
“Alhamdulillah 5 tahun saya telah dapat kepercayaan sebagai Kepala Cabang di Lippo Bank,” katanya.
Banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh Direktur Utama dan Direktur Baru Bank Bukopin. Pertama yakni dari sisi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Sampai dengan September 2017 NPL Bukopin mencapai 4,87 persen (gross) atau meningkat dibanding September 2016 yakni 3,37 persen.
Padahal, pada Semester I 2017 lalu perseroan menargetkan NPL-nya dapat ditekan menjadi kisaran 3,5 persen di akhir 2017. Saat itu, posisi NPL Bank Bukopin sendiri masih tercatat 4,60 persen atau meningkat dibandingkan Semester I 2016 yakni 3,51 persen. NPL di Semester I 2017 dominan disumbang oleh sektor tambang batu bara.
Selain NPL, Direktur Utama dan Direktur Baru Bank Bukopin juga harus memikirkan bagaimana perseroan bisa mencatatkan cuan (untung) tinggi. Pasalnya, per September 2017 laba sebelum pajak (bank only) bank ini tumbuh negatif 25,18 persen dari Rp1,05 triliun pada September 2016 menjadi Rp782,46 miliar. (*)
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More
Jakarta - Program makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto dinilai memberikan dampak… Read More
Jakarta – PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) mencetak pertumbuhan dana kelolaan nasabah kaya (afluent) menembus… Read More
Jakarta – Ekonom Universitas Paramadina Samirin Wijayanto, menilai bahwa kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS 2024 membawa dampak… Read More