Jakarta – PT Bank KB Bukopin Tbk menjalin kolaborasi dengan anak usaha World Bank, yakni International Finance Corporation (IFC), terkait penerbitan obligasi sosial senilai US$300 juta, atau setara Rp4,41 triliun (kurs Rp14.713/US$). Penerbitan obligasi sosial ini sekaligus menjadi yang pertama oleh bank swasta di Indonesia.
Melalui kerjasama ini, IFC berkomitmen memberikan pinjaman senilai US$300 juta kepada KB Bukopin. Dana hasil obligasi sosial tersebut akan dialokasikan sepenuhnya untuk mendanai inisiatif sosial yang berfokus pada penanganan dampak sosial ekonomi akibat pandemi COVID-19, dan pembiayaan ke segmen sosial, seperti UMKM, perumahan harga terjangkau, perawatan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Direktur Utama Bank KB Bukopin Woo Yeul Lee mengatakan, pandemi COVID-19 memang memberi dampak pada perekonomian, termasuk sektor perbankan. Tapi, KB Bukopin juga menjadikan pandemi ini kesempatan untuk memperbaiki struktur dan kinerja perseroan.
Menurutnya, transformasi akan dilakukan di setiap bagian dan secara menyeluruh. Berkat perbaikan itu pula, KB Bukopin mendapat rating AAA dari Fitch maupun Pefindo. Kerja sama dengan IFC ini juga menjadi bukti kepercayaan investor terhadap KB Bukopin, sekaligus upaya memberikan bantuan kepada perusahaan-perusahaan yang kesulitan akibat pandemi COVID-19.
Kerjasama penerbitan obligasi sosial ini, kata Woo Yeul Lee memiliki dua tujuan. Pertama, mengamankan dana jangka menengah dan jangka panjang untuk membantu perusahaan di Indonesia yang terdampak pandemi COVID-19. Kedua, untuk menjalankan fungsi kepentingan umum sebuah bank kepada masyarakat Indonesia. Caranya dengan membantu perusahaan yang bergerak di bidang sosial, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ini selaras dengan kebijakan ekonomi Indonesia dan tujuan IFC sendiri.
“Sebagai kesepakatan pertama IFC untuk menerbitkan obligasi sosial dengan bank swasta di Indonesia, kesempatan ini menunjukkan posisi dari KB Bukpopin yang berbeda dari bank-bank lain. Dana ini akan digunakan untuk membantu pelaku usaha small medium enterprise (SME/UMKM0, atau perusahaan yang bergerak di bidang perumahan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, IT, dan perusahaan di bidang sosial lainnya agar dapat berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi nasional dari pandemi COVID-19, dan memperluas infrastruktur sosial,” tutur Woo Yeul Lee dalam agreement ceremony antara Bank KB Bukopin dan IFC di Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2022.
Sebagai informasi, obligasi sosial ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama berupa pinjaman senilai US$240 juta atau setara RP3,53 triliun kepada KB Kookmin Bank. Selanjutnya, 100% dari dana tersebut secara ekslusif dipinjamkan ke KB Bukopin untuk disalurkan dan memacu pertumbuhan portfolio pinjaman sosial. Tahap kedua, berupa pinjaman langsung kepada KB Bukopin dengan nilai US$60 juta atau sekitar Rp882,78 miliar.
Sementara, Asif Mustaqim, Kepala Region Asia IFC mengatakan, ini bukan pertamakali bagi IFC dalam menyalurkan fasilitas pinjaman serupa. Sebelumnya, anak usaha Bank Dunia ini juga pernah memberikan fasilitas pinjaman berupa green bond kepada salah satu bank swasta di Indonesia. IFC melihat Indonesia menyimpan potensi sangat besar, sehingga kemungkinan meningkatkan pinjaman untuk berbagai sektor sangat terbuka luas.
“Kami berencana meningkatkan pembiayaan di Indonesia di berbagai sektor semoga bisa sampai menyentuh USD 2 miliar,” ujarnya. (*) Ari Astriawan
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More