Menteri Luar Negeri RI (mengenakan peci) saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober 2024. (Foto: Kemlu RI)
Jakarta – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pasar Indonesia akan semakin besar di kancah global pasca masuk menjadi anggota BRICS.
“Apa keuntungan kita dengan (bergabung) ke BRICS? Ya market kita lebih besar,” katanya, dikutip VOA Indonesia, Senin, 13 Januari 2025.
Ia menekankan, Indonesia tidak takut dengan adanya risiko retaliasi dari pihak Barat, dalam hal ini Amerika Serikat, pasca menjadi anggota BRICS. Menurutnya, Indonesia merupakan negara besar dan berdaulat.
“Indonesia is too big to lean to any country; Indonesia terlalu besar untuk condong pada satu negara, ya maksud saya waktu itu China dan Amerika. Kita tidak perlu (takut dengan retaliasi), apalagi sekarang ini Presidennya Pak Prabowo, ndak perlu. Jadi kita perlu merdeka, perlu independen, ya sedikit nakal-nakal lah,” jelasnya.
Baca juga : Indonesia Resmi Masuk ‘Geng’ BRICS, Ini Dia Keuntungan dan Kerugiannya
Luhut menilai, dengan bergabungnya Indonesia dengan BRICS, pasar Indonesia akan semakin besar, sehingga bisa meminimalisir dampak rambatan dari berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh negara-negara besar saat ini.
“Kalau kita tidak hati-hati dengan persoalan yang ada di China sekarang, dan juga persoalan di Eropa di mana gas dari Rusia disetop, itu akan terjadi masalah krisis energi di Eropa dan dia turunkan ke China, dan China masalah ekonominya sekarang lagi kurang baik, dan Amerika uncertainty-nya tinggi karena tarif (impor) yang belum jelas mau berapa persen dinaikkan oleh Presiden Trump. Jadi kombinasi masalah ini. Memang (harus) betul-betul dicermati dengan baik,” tegasnya.
Baca juga : Indonesia Gabung BRICS, Luhut: Kita Terlalu Besar untuk Berpihak ke Satu Negara
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyebutkan sejumlah keuntungan yang dapat diraih Indonesia sebagai anggota BRICS.
Salah satunya adalah peluang kerja sama perdagangan melalui perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
“Kerja sama dalam bentuk CEPA atau trade agreement akan membuka akses pasar yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan G7, BRICS berpotensi memberikan akses yang jauh lebih luas,” jelas Andry.
Selain itu, bergabungnya Indonesia ke BRICS memungkinkan pengembangan sistem pembayaran baru yang tidak bergantung sepenuhnya pada dolar AS.
Indonesia sendiri resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS, kelompok negara yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Informasi ini diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Brasil pada Senin, 6 Januari 2025. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More
Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More
Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More
Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More
Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More
Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More