News Update

Isu Akuisisi PGN-Pertamina Terlalu Cepat Digoreng

Jakarta–Niat pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan holdingisasi antara PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk direspon pasar negatif dengan ditandainya penurunan saham PGN kemarin sebesar Rp90.

Ekonom Drajad Wibowo mengatakan, ini merupakan suatu bentuk respon dari pasar jika penggodokan kebijakan holding ini belum matang namun sudah digembar gemborkan ke sana kemari.

Sehingga, bukan saja respon negatif yang didapat dari pasar, namun juga sentimen negatif untuk Pertamina karena dikhawatirkan hanya akan mengharapkan ‘rejeki nomplok’ dari bergabungnya PGN, tanpa melihat dari sisi culture corporatenya.

“Kebijakan ini terlalu cepat digembar-gemborkan. Sedangkan dari segi penggodokannya ini masih mentah sekali. Bahkan ada yang menganggap Pertamina mungkin hanya menunggu rejeki nomplok dari saham PGN. Maka kita bisa lihat kan kemarin saham PGN turun,” kata Drajad kepada wartawan di Jakarta, Jumat, 12 Agustus 2016.

Drajad memandang, jika ini memang sungguh-sungguh akan dilaksanakan oleh pemerintah, seharusnya bisa memberikan sentimen pasar yang positif dan membuat saham PGN menjadi hijau.

Hal ini menjadi pembelajaran yang harus difokuskan pemerintah. Karena jika terus-terusan responnya negatif, maka tidak akan bagus untuk proses holding-nya untuk ke depannya.

“Belum lagi,  kita harus menghitung benefit secara rupiahnya di PGN, kemudian per-lini per-paketnya itu bagaimana, resikonya bagaimana, itu kajiannya belum ada,” katanya.

Drajad mempertanyakan semua kesiapan ini lantaran, jangan hanya ke depannya ini hanya menjadi isu dan isapan jempol belaka yang malah membuat saham PGN menjadi semakin menurun karena sentimen pasar.

Banyak sekali hal-hal yang seharusnya menjadi pertimbangan, ketimbang harus terlebih dahulu mengekspose kabar ini ke permukaan.

“Contohnya, soal benturan culture corporate itu belum ada loh handle-nya. Terus apakah nanti ada efisiensi pegawai? Pasti ada, dan itu harus betul-betul ada kebijakannya. Terus dari sisi segi potensi sinerginya nanti ke depannya gimana? Jangan cuma menguntungkan satu pihak saja,” kata dia,

Menurut Pengamat Energi dan Mineral Universitas Indonesia Berly Martawardaya, sebetulnya kekhawatiran tersebut yang direspon pasar, sangat wajar, karena sejauh ini saham PGN selalu baik dan hanya turun ketika isu holding tersebut muncul ke permukaan.

Namun demikian, kemungkinan besar pasar merespon negatif lantaran arah kebijakannya belum kuat betul. Mereka masih menunggu dimana letak positif dan untungnya dari holding tersebut.

“Pasar mungkin melihat dari segi kompetitifnes 2 perusahaan ini bagaimana. Karena kan biasanya kalau holdingisasi itu pasti akan ada yang namanya anak perusahaan kan. Nah yang jadi anak perusahaan itu cost, pemasukan, statusnya harus jelas, jangan sampai mentang-mentang dia anak perusahaan, jadi dianak tirikan,” tutupnya. (*) Dwitya Putra

 

 

Editor: Paulus Yoga

Paulus Yoga

Recent Posts

Jumlah Peserta Regulatory Sandbox Menurun, OJK Beberkan Penyebabnya

Jakarta - Penyelenggara inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK) harus melewati regulatory sandbox milik Otoritas Jasa… Read More

2 hours ago

OJK Siap Dukung Target Ekonomi 8 Persen, Begini Upayanya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bersedia mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen Presiden… Read More

6 hours ago

BPKH Ajak Pemuda Gunakan DP Haji sebagai Mahar Pernikahan

Jakarta - Saat ini, secara rata-rata masa tunggu untuk melaksanakan ibadah haji di Indonesia bisa… Read More

8 hours ago

OJK Bakal Terbitkan 3 Aturan Baru Pasar Modal di Akhir 2024, Ini Bocorannya

Labuan Bajo - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa, akan menerbitkan Peraturan OJK (POJK) terbaru… Read More

8 hours ago

Penjualan Trisula Textile Naik 19 Persen di Q3 2024, Ini Penopangnya

Jakarta - PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), emiten penyedia kain, seragam, dan fashion berhasil… Read More

8 hours ago

AFPI Edukasi PMI di Hong Kong Terkait Fintech Lending

Jakarta – Guna meningkatkan literasi keuangan para pekerja migran Indonesia (PMI), Asosiasi Fintech Indonesia (AFPI)… Read More

8 hours ago