Pasar Modal

IPO Tingkatkan Daya Saing Pertamina Geothermal Energy

Jakarta – Senior Advisor Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Abadi Poernomo menilai positif initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Dengan masuk ke bursa saham, lanjut Abadi, PGE akan semakin efisien yang pada akhirnya akan meningkatkan pula daya saing perusahaan. 

“Efisiensi berpengaruh terhadap daya saing PGE. Dan pada akhirnya tarif listrik bisa ditekan lebih kuat lagi,” ujar Abadi dikutip 7 Februari 2023.

Peningkatan efisiensi dan juga efektivitas penggunaan dana, lanjut Abadi, terkait erat dengan keberadaan pemegang saham dari luar. Terlebih, karena juga terdapat prinsip transparansi pada perusahaan terbuka. “Karena itulah, melalui IPO, kontrol terhadap perusahaan menjadi lebih ketat,” kata dia. 

IPO PGE sendiri, menurut Abadi merupakan upaya yang tepat. Dalam hal ini, menjadi cara untuk mendapatkan dukungan pendanaan yang lebih murah. Dana tersebut sangat dibutuhkan, karena investasi geothermal memang sangat mahal. “Misal kalau posisi sekarang untuk mengembangkan 100 MW, maka dibutuhkan USD500 juta. Artinya, dengan masuknya dana lewat IPO, PGE bisa ekspansi lebih kuat,” urai Abadi. 

Dengan demikian, imbuh Abadi, melalui IPO PGE bisa lebih fokus mandiri, walau 70% masih dipegang Pertamina. Tetapi setidaknya, lebih lincah dari sisi pendanaan.

Memang, sebelumnya PGE bisa saja memperoleh dari lembaga pinjaman, misal Worldbank dengan bunga murah. Tetapi perlu diingat, bahwa perusahaan wajib membayar pinjaman setiap tahun. “Ini yang berbeda dengan IPO. Karena melalui IPO, untung atau rugi bisa di share ke pemegang saham,” jelasnya. 

Begitu pula di luar negeri, ungkap Abadi, sudah jamak ditemui perusahaan energi yang masuk ke bursa saham. Pada umumnya, perusahaan tersebut bergerak di bidang energi terbarukan, seperti hydro dan hybrid photoponic solar. “Banyak banget, di Amerika saja banyak,” katanya.

Di sisi lain, ia sepakat bahwa IPO PGE juga mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) paling lambat 2060. Pasalnya, geothermal memang menjadi backbone dalam upaya mendukung dekarbonisasi. “Geothermal dan hydro paling sustain dengan energi baru terbarukan. Efektivitas panas bumi bisa mencapai 90-100%. Sementara, photoponic yang hanya sekitar 17%,” pungkasnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Trump jadi Presiden AS, Sri Mulyani Beberkan Dampaknya ke Pasar Keuangan RI

Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI menyoroti pengaruh kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat… Read More

27 mins ago

1.001 PR BUMN Era Prabowo-Gibran

Jakarta - Erick Thohir kembali menduduki kursi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Kabinet… Read More

43 mins ago

Tiket.com Gandeng Accor, Sediakan Pilihan 500 Hotel bagi Wisatawan

Jakarta - Accor, pemimpin global industri perhotelan, resmi mengumumkan kemitraan strategis global dengan Tiket.com, salah… Read More

58 mins ago

Kolaborasi Pospay dan Jalin Perkuat Layanan Pembayaran QR Cross Border di Singapura

Jakarta — PT Pos Indonesia (Persero) melalui aplikasi Pospay dan PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin)… Read More

1 hour ago

Era Kerja Digital, Huawei Hadirkan Tablet Lebih dari Sekadar Laptop

Jakarta - Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah mengubah cara hidup masyarakat, terutama dalam hal… Read More

2 hours ago

Erick Thohir Lanjutkan ‘Bersih-bersih’ BUMN Jilid Dua

Jakarta – Menteri BUMN Erick Thohir bakal melanjutkan program ‘bersih-bersih BUMN’ jilid kedua dalam melawan… Read More

2 hours ago