Keuangan

Investor Kripto Lebih Percaya Influencer Ketimbang Financial Planner, Kok Bisa?

Jakarta – Sebagian investor di Indonesia ternyata lebih percaya informasi finansial yang disampaikan oleh influencer daripada financial planner, media massa, dan forum diskusi, sebelum memutuskan untuk berinvestasi aset kripto.

Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan oleh Center of Economics and Law Studies (CELIOS). Survei tersebut melibatkan 3.530 responden dari berbagai latar belakang. Mayoritas responden berasal dari pulau Jawa dan Bali sebesar 75,6%, disusul oleh Sumatra sebesar 14,7%.

VP Corporate Communication Tokocrypto, Rieka Handayani, mengatakan tingginya animo masyarakat, terutama generasi muda dalam berinvestasi aset kripto didorong oleh beberapa faktor. Salah satu yang terbesar adalah terpengaruh oleh eksposur figur publik atau influencer.

Menurutnya, perkembangan tersebut bak pisau bermata dua. Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan komunikasi yang menarik, namun juga membawa dampak negatif.

“Melihat peran dan tingkat kepercayaan investor terhadap influencer dalam keputusan berinvestasi menjadi hal yang baik,” ungkap Rieka dikutip Kamis, 9 Maret 2023.

Namun, Rieka mengingatkan, influencer juga harus memberikan konten yang bermanfaat, tepat dan tidak berlebihan dalam melakukan promosi suatu produk aset tertentu, sehingga menimbulkan Fear of Missing Out (FOMO) yang dapat merugikan investor maupun calon investor.

“Ini menjadi perhatian bersama bagi para pelaku industri dan regulator untuk bersama-sama meningkatkan pengawasan dan menciptkan edukasi yang baik untuk masyarakat,” jelas Rieka.

Sementara, dampak negatifnya adalah misinformasi yang menjadi tantangan industri aset kripto untuk terus tumbuh. Investor diminta untuk tetap melakukan Do Your Own Research (DYOR) atau riset secara mandiri dengan berbagai sumber tepercaya sebelum memutuskan berinvestasi. 

“Saat ini banyak masyarakat belum sepenuhnya memahami investasi aset kripto, seperti cara memulai hingga strategi untuk mendapatkan profit. Di samping itu, sering terjadi penipuan investasi bodong yang berkedok aset kripto, sehingga membuat citra industri ini menjadi negatif,” jelas Rieka.

Menurut Rieka, industri aset kripto di Indonesia masih bisa terus tumbuh. Berkaca dari survei CELIOS kembali, investor di Indonesia lebih banyak menempatkan investasinya pada aset kripto dibandingkan emas.  Menariknya, aset kripto baru memasuki pasar Indonesia pada 2009, sementara instrumen investasi lainnya seperti emas telah ada sejak lama.

“Adanya kecanggihan teknologi dan keterbukaan informasi, animo masyarakat untuk memilih kripto sebagai salah satu aset atau alternatif atas instrumen investasi konvensional akan semakin tinggi di waktu mendatang,” pungkas Rieka.(*)

Galih Pratama

Recent Posts

Jelang Akhir Pekan, IHSG Ditutup Menghijau ke Level 7.195

Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More

5 mins ago

BI Catat DPK Tumbuh 6 Persen per Oktober 2024, Ditopang Korporasi

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More

16 mins ago

Apindo Tolak Kenaikan PPN 12 Persen: Ancam Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More

38 mins ago

BI Laporkan Uang Beredar Oktober 2024 Melambat jadi Rp9.078,6 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More

1 hour ago

IIF Raih Peringkat Gold Rank pada Ajang Penghargaan ASRRAT

Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More

2 hours ago

Hyundai New Tucson Mengaspal di RI, Intip Spesifikasi dan Harganya

Jakarta – Menjelang akhir 2024, PT Hyundai Motors Indonesia resmi merilis new Tucson di Indonesia. Sport Utility Vehicle (SUV)… Read More

2 hours ago