Moneter dan Fiskal

Investasi Swasta AS Bisa Sumbang Pemulihan Ekonomi Indonesia

Jakarta – Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai, perusahaan swasta lebih berpeluang masuk ke Indonesia dibanding pemerintahan.

“Pemerintahan Biden masih terlalu ragu-ragu dalam segala hal, sehingga saya tidak terlalu membayangkan ini akan bisa cepat,” kata Fithra Faisal Hastiadi dikutip 27 Oktober 2022.

Oleh sebab itu, Fithra menyarankan pemerintah Indonesia untuk mendorong kerja sama dengan sektor swasta AS. “Jadi pendekatannya harus lebih ke bisnis sih, ketimbang hanya ke pemerintah AS,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah patut merealisasikan pemindahan basis produksi utama dari China ke Indonesia. Indonesia saat ini punya kelebihan input produksi sebagai dampak dari hilirisasi produksi yang dibutuhkan oleh industri.

“Seharusnya investasi ke depan bisa lebih banyak kita terima karena negara-negara di Barat, AS, EU juga sama seperti China, sedang kelimpungan mencari sumber daya,” tegasnya.

Dikatakannya, Indonesia dan ASEAN mendapati keuntungan atas dua faktor selama pandemi dan usai pandemi, yakni China Factor dan Relocation Factor.

Ekonomi China memang pulih lebih cepat dibanding negara lain, namun industri China masih belum optimal sehingga membutuhkan input produksi dari negara-negara di ASEAN. Sedangkan relocation factor terjadi pada negara selain China, seperti AS, EU, Jepang.

Negara-negara itu cenderung ingin memperlebar portofolio produksi dan investasi. Menurut Fithra, selama ini negara tersebut tergantung dengan China dalam jaringan rantai pasokan global (global supply chain network).

Tetapi karena risiko selama pandemi dan geopolitik membuat hal yang terlalu terkonsentrasi menjadikan mitigasi risiko menjadi lebih sulit dilakukan.

“Sehingga mereka sekarang tidak hanya mengejar efisiensi, tapi juga resiliensi. Mereka melebarkan portofolio produksi dan investasi justru ke ASEAN, dalam konteks ini Indonesia,” jelas Fithra.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pandangan analitis mengenai kinerja ekonomi Indonesia di tengah-tengah tantangan global dalam Gala Dinner yang diselenggarakan oleh United States-Indonesia Society (USINDO) di Washington D.C pada Selasa (25/10) lalu.

“Ketahanan dan kinerja ekonomi Indonesia, ditambah dengan penentuan posisi geopolitik yang seimbang serta kebijakan luar negeri yang cekatan, telah menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik dan ekonomi sebagai imbas dari pandemi, disrupsi rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina,” ujar Ketum Golkar itu.

Pada kesempatan itu, Co-Chair USINDO Robert Blake menekankan Indonesia memiliki indikator ekonomi yang kuat seperti meningkatnya ekspor, tingkat inflasi yang relatif rendah, situasi pasar saham yang terus mengalami penguatan, dengan pertumbuhan FDI kedua tertinggi di ASEAN.

“Perusahaan swasta Amerika Serikat saat ini menanti kabar lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia untuk dapat melebarkan ekspansi usahanya di Indonesia,” kata Robert Blake. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Antusiasme Mahasiswa Udayana Sambut Gelaran Literasi Keuangan Infobank

Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More

1 hour ago

Gandeng BGN, ID FOOD Siap Dukung Program Makan Sehat Bergizi

Jakarta – Badan Gizi Nasional (BGN) menggandeng holding BUMN pangan ID FOOD dalam pelaksanaan program… Read More

6 hours ago

STAR Asset Management: Sektor Perbankan jadi Peluang Emas di Tengah Koreksi Pasar Saham

Jakarta – STAR Asset Management (STAR AM) mengajak investor memanfaatkan peluang saat ini untuk berinvestasi… Read More

7 hours ago

BNI Sumbang Rp77 Triliun ke Penerimaan Negara dalam 5 Tahun

Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan kontribusi terhadap penerimaan negara… Read More

16 hours ago

BI Gratiskan Biaya MDR QRIS untuk Transaksi hingga Rp500 Ribu, Ini Respons AstraPay

Jakarta - PT Astra Digital Arta (AstraPay) merespons kebijakan anyar Bank Indonesia (BI) terkait biaya Merchant Discount… Read More

17 hours ago

AstraPay Bidik 16,5 Juta Pengguna di 2025, Begini Strateginya

Jakarta - Aplikasi pembayaran digital dari grup Astra, PT Astra Digital Arta (AstraPay) membidik penambahan total pengguna… Read More

17 hours ago