Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu pekan terakhir, yakni pada periode 28 Oktober hingga 1 November 2024 mengalami koreksi sebesar 2,46 persen ke level 7.505 karena beberapa sentimen.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menyebutkan ada empat sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pekan lalu, yakni lambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), kembali ekspansifnya manufaktur China, PCE AS pada September 2024, dan melambatkan ekonomi domestik.
Sementara itu, untuk potensi market pada 4 hingga 8 November 2024, Imam mengimbau para trader ataupun investor mencermati sejumlah sentimen tambahan lain yang kemungkinan memengaruhi pasar selama satu pekan ke depan.
Baca juga: Awal Pekan IHSG Semringah, Dibuka Menguat ke Level 7.516
Dari sisi data PMI Services AS untuk Oktober 2024 diproyeksikan akan naik ke 55,3 dari periode sebelumnya di 55,2, jika merujuk pada ISM, PMI Services AS untuk Oktober 2024 diproyeksikan akan turun ke level 53,3 dari periode sebelumnya 54,9.
Lalu pada neraca perdagangan China pada Oktober 2024, data tersebut akan dirilis pada pekan ini, diharapkan data impor dan ekspor mengalami pertumbuhan yang akan menjadi sentimen positif bagi fundamental ekonomi Indonesia dikarenakan China merupakan partner dagang utama Indonesia.
Sentimen lainnya, datang dari domestik, di mana pada pekan ini Indonesia akan merilis data yang sangat penting, yaitu pertumbuhan ekonomi atau GDP untuk kuartal III tahun 2024 yang diproyeksi akan melambat ke 5 persen.
“Jika data yang rilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih besar, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar. Namun sebaliknya, jika data GDP lebih rendah dari konsensus atau ekspektasi pasar, maka hal ini dapat menjadi sentimen negatif,” ucap Imam dalam risetnya di Jakarta, Senin, 4 November 2024.
Baca juga: Inilah Profil Iwan Bule, Komisaris Utama Pertamina yang Baru
Diketahui, pada pekan ini, tepatnya tanggal 8 November, The Fed akan mengumumkan kebijakan moneternya dalam mengatur suku bunga Fed Fund Rate (FFR), diperkirakan akan dipangkas sebesar 25 bps ke 4,75 persen.
Dengan adanya pemangkasan suku bunga FFR juga akan menjadi sentimen positif bagi pasar khususnya domestik, melihat rupiah yang mulai tertekan kembali dan ekonomi yang melambat.
Adapun sentimen pemilu AS menjadi sentimen yang paling dinanti oleh pelaku pasar, di antara Donald Trump dengan Kamala Harris.
Imam melihat, pasar khususnya domestik atau global akan lebih condong pada Kamala Harris. Harris kemungkinan akan mengadopsi pendekatan lebih multilateral dalam hubungan internasional, termasuk perjanjian perdagangan yang lebih kooperatif.
“Ini bisa membantu mengurangi ketegangan global dan memperkuat hubungan dagang dengan negara lain. Sedangkan Trump dikenal dengan pendekatan proteksionisnya, terutama melalui tarif tinggi pada produk Tiongkok. Hal Ini dapat memicu adanya perang dagang yang berkepanjangan dan pada akhirnya mengakibatkan ekonomi yang semakin melambat,” jelas Imam. (*)
Editor: Yulian Saputra
Jakarta - Pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk mendorong industri perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah… Read More
Jakarta – Indonesia dan negara berkembang lainnya menuntut komitmen lebih jelas terhadap negara maju terkait… Read More
Jakarta – Kapal Anchor Handling Tug and Supply (AHTS) Harrier milik Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE… Read More
Bangkok – Indonesia dianggap sebagai pasar yang menarik bagi banyak investor, khususnya di kawasan Asia… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mendukung program pembangunan 3 juta rumah Presiden Prabowo Subianto yang… Read More
Padang - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengapresiasi kinerja Koperasi Konsumen Keluarga Besar (KSUKB)… Read More