Jakarta – Sebanyak 82 perusahaan pembiayaan (multifinance) berhasil meraih penghargaan “Infobank Multifinance Awards 2018”. Penghargaan diberikan oleh Majalah Infobank pada acara penganugerahan “14th Infobank Multifinance Awards 2018” di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis, 6 September 2018.
Penghargaan “Infobank Multifinance Awards 2018” diberikan kepada 82 perusahaan pembiayaan yang berhasil meraih predikat “Sangat Bagus” pada rating yang dilakukan Biro Riset Infobank (birI) terhadap 172 perusahaan pembiayaan.
Menurut Biro Riset Infobank, dari 172 multifinance, 82 perusahaan berhasil meraih predikat “Sangat Bagus”, 29 perusahaan berpredikat “Bagus”, 27 perusahaan “Cukup Bagus”, dan 16 perusahaan “Tidak Bagus”. Ada 18 perusahaan yang absen dengan berbagai alasan.
Jumlah multifinance peraih predikat “Sangat Bagus” tahun ini meningkat dibanding rating tahun 2017. Pada tahun lalu, multifinance peraih predikat tertinggi ini sebanyak 78 perusahaan. Sementara, multifinance berpredikat “Tidak Bagus” bertambah 2 perusahaan dari sebelumnya 14 perusahaan.
Biro Riset Infobank berpendapat, ke-82 perusahaan pembiayaan peraih predikat “Sangat Bagus” pada rating tahun ke-14 itu layak diberikan apresiasi. Sebab, di tengah menurunnya bisnis multifinance, mereka masih mampu mencatatkan kinerja terbaiknya.
“Kepada jajaran direksi di 82 multifinance peraih predikat ‘Sangat Bagus’ kami ucapkan selamat. Tidak mudah menjaga pertumbuhan di tengah perlambatan bisnis multifinance sejak empat tahun terakhir,” ujar Eko B. Supriyanto, Direktur Biro Riset Infobank.
TIGA TRIGER PERLAMBATAN
Menurut Eko B. Supriyanto, ada tiga penyebab bisnis multifinance mengalami perlambatan sejak empat tahun terakhir. Pertama, melemahnya kondisi perekonomian sejak akhir tahun 2013. Berbarengan dengan anjloknya harga komoditas dan mengetatnya likuiditas perbankan.
Saat harga komoditas melaju tinggi pada 2010 hingga 2013, multifinance turut menikmati masa booming dengan gencar membuka jaringan kantor di luar Pulau Jawa. “Ketika harga komoditas jatuh, penjualan kendaraan bermotor melemah. Banyak perusahaan multifinance menanggung beban berat karena tidak mampu menutupi biaya operasional dan bunga,” papar Eko.
Kedua, multifinance menyiasati kesulitan bisnis dengan berbagai rekayasa, seperti multi-pledge collateral dan dummy yang mereka sebut “inovasi” untuk mendapatkan pembiayaan. Praktik terlarang ini menyimpan bom waktu, dan ketidakmampuan perusahaan multifinance membayar kewajibannya cepat atau lambat terkuak.
“Dari 10 multifinance yang dicabut izin usahanya sejak tahun lalu dan 10 multifinance yang terkena sanksi pembekuan usaha, sebagian mempraktikkan multiple financing,” ungkap Eko.
Ketiga, bank-bank dituntut melakukan konsolidasi aset yang kualitasnya menurun. Di sisi lain, mereka juga dikejar target penyaluran kredit, sehingga tetap mengucurkan kredit, khususnya kepada debitur lama, termasuk multifinance. Kemudahan kredit ini dimanfaatkan oleh multifinance, terutama yang tidak terafiliasi dengan bank atau agen tunggal pemegang merek (ATPM).
“Ketatnya kompetisi memaksa mereka bermain di pinggiran dengan membiayai produk-produk muntahan multifinance lain yang berisiko tinggi, seperti pembiayaan mobil-mobil tua,” ujar Eko.
DAMPAK SISTEMIK KE BANK
Sejak setahun terakhir perbankan melakukan pengetatan kucuran kredit ke perusahaan multifinance. Hal ini terjadi setelah terbongkarnya beberapa perusahaan multifinance yang gagal bayar gara-gara tidak mengindahkan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG).
“Ini yang membuat bank bersikap hati-hati saat akan memberikan kucuran kredit ke multifinance,” tegas Eko.
Sikap hati-hati bank bisa dipahami sebagai salah satu prinsip pengelolaan korporasi keuangan. Namun, jika perbankan menghentikan kredit ke multifinance gara-gara ulah segelintir multifinance yang tidak GCG, efeknya tidak hanya ke industri multifinance.
“Dampak sistemiknya, juga akan memukul bank, karena bank juga harus terus menyalurkan kredit,” tutupnya. (*)
Jakarta – Evelyn Halim, Direktur Utama Sarana Global Finance Indonesia (SG Finance), dinobatkan sebagai salah… Read More
Jakarta - Industri asuransi menghadapi tekanan berat sepanjang tahun 2024, termasuk penurunan penjualan kendaraan dan… Read More
Jakarta - Industri perbankan syariah diproyeksikan akan mencatat kinerja positif pada tahun 2025. Hal ini… Read More
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More