Keuangan

Ini yang Bikin Bos WeLab Terpikat Bisnis Bank Digital di RI

Jakarta – Perusahaan asal Hongkong, WeLab melalui WeLab Sky Limited bersama Astra Financial, lini bisnis keuangan milik Grup Astra baru saja meluncurkan bank digital yang dinamakan Bank Saqu. Bagi WeLab, ini adalah bank digital kedua mereka, setelah yang pertama, yakni WeLab Bank di Hongkong. Apa alasan WeLab tertarik investasi ke bank digital di Indonesia?

Founder dan Group CEO WeLab, Simon Loong, mengungkapkan, WeLab sebagai salah satu perusahaan financial tecnology (fintech) terbesar di Asia Pasifik selalu tertarik dengan pasar Indonesia. WeLab ingin berkontribusi dan terlibat dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Saya pikir pasar Indonesia dari sisi size sangat luas. Young population-nya juga sangat besar. Kami melihat bagaimana prospektifnya mereka ini di masa depan. Maka kami ingin berkontribusi. Kami ingin menjadi bagian dari itu,” ujar Simon Loong saat peluncuran Bank Saqu, di Jakarta, Senin, 20 November 2023.

Baca juga: Astra Grup dan WeLab Luncurkan Bank Saqu, Targetkan Segmen Nasabah Solopreneur

Simon Loong mengklaim Bank Saqu menggabungkan pemahaman pasar dan ekosistem besar yang dimiliki Astra Grup, dengan kapabilitas dan pengalaman serta technology yang dimiliki WeLab. Kombinasi ini akan menjadi kekuatan Bank Saqu untuk mengarungi persaingan dengan bank-bank digital lain yang sudah beroperasi di Indonesia.

Di kesempatan sama, Leo Koesmanto, Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta mengatakan, Bank Saqu dengan dukungan wawasan lokal dan cakupan ekosistem Astra Grup yang luas, ditambah kecakapan teknologi yang dibawa WeLab, bisa menentukan positioning di pasar bank digital yang menjanjikan ini.

Bank Saqu membidik segmen solopreneur dan generasi muda, mencakup pemilik usaha kecil, pekerja lepas, dan karyawan dengan pekerjaan sampingan (side hustle).

Baca juga: Istilah Bank Digital Sering Disalahgunakan, OJK Bakal Terbitkan Aturan Baru

Segmen ini diyakini akan terus tumbuh. Apalagi studi menunjukkan bahwa akan ada sektiar 117 juta solopreneur di Idnonesia pada 2030. Para solopreneur ini diproyeksikan juga akan berkontribusi sekitar 36 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2030.

“Layanan kami diciptakan untuk mendefinisikan kembali bagaimana solopreneur harus mengelola uang mereka, baik secara pribadi maupun bisnis. Dengan beberapa kantong berbeda (Saku) dalam satu aplikasi perbankan, para solopreneur dapat mengelola keuangan mereka secara strategis, mengalokasikan sumber daya, dan turut merasakan bisnis mereka berkembang,” papar Leo. (*) Ari Astriawan

Galih Pratama

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

8 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

10 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

10 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

12 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

17 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

19 hours ago