News Update

Ini Usulan INDEF Ke Pemerintah Hadapi Penurunan Daya Beli

Jakarta — Menurunnya tingkat daya beli masyarakat di Indonesia seakan bukan menjadi isapan jempol belaka. Hal tersebut terlihat dari banyaknya gerai ritel di Indonesia yang tutup akhir-akhir ini. Kejadian tersebut seperti menjadi ancaman besar bagi para pelaku usaha dan bisnis.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menilai, adanya penurunan atau pelambatan daya beli ini lebih disebabkan oleh dua faktor yakni faktor global dan tekanan biaya domestik.

“Daya beli lambat disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor global dan tekanan biaya di domesik. Pada faktor global, harga komoditas baru naik awal tahun ini, di mana harganya jatuh tahun kemaren. Di kondisi tersebut income real mereka menghadapi penurunan ketika terjadi perlambatan global,” jelas Heri di kantor pusat INDEF, Jakarta, Jumat, 10 November 2017.

Heri menambahkan, faktor kedua perlambatan daya beli ialah adanya tekanan biaya domestik di dalam negeri. Contohnya, adanya pengurangan subsidi dari berbagai sektor dan meningkatnya tarif dasar listrik yang membuat masyarakat semakin tertekan di tengah harga yang semakin tinggi.

“Tekanan biaya domestik ini terlihat seperti adanya tekanan biaya yang dialami masyarakat. Salah satunya naiknya tarif dasar listrik (TDL) dimana mayoritas bukan kota besar dan adanya daerah,” tambah Heri.

Heri mengatakan, guna menangani adanya penurunan daya beli masyarakat, pemerintah harus dapat menjaga stabilitas harga bahan pokok di masyarakat. Hal tersebut dirasa perlu guna mengurangi beban konsumsi rumah tangga.

“Solusinya ketika terjadi perlambatan ialah Pemerintah harus jaga stabilitas harga kebutuhan pokok, menjaga distribusi aman dan lancar. Dan juga tiga elemen penting seperti gas, listrik, dan Bahan Bakar Minyak (BBM) kalau bisa harganya jangan dinaikan dan subsidinya jangan dikurangi atau dicabut,” tukas Heri.

Penurunan daya beli terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat konsumsi rumah tangga yang menurun. Angka konsumsi rumah tangga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi selama kuartal ketiga 2017 tercatat sebesar 4,93 persen (year on year/yoy), angka tersebut cenderung melambat dan menurun tipis dibandingkan kuartal kedua tahun 2017 yang tercatat diangka 4,95 persen (yoy). (*)

Suheriadi

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

33 mins ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

2 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

3 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

5 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

10 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

11 hours ago