Jakarta – PT Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen di tahun 2018. Angka tersebut sedikit berbeda dengan proyeksi yang dicanangkan pemerintah di angka 5,4 persen pada tahun 2018.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja pada acara “UOB Indonesia’s Economic Outlook 2018: Navigating Your Business in Uncharted Waters” hari ini, yang dihadiri oleh sekitar 500 nasabah korporasi dan individu UOB Indonesia.
Dirinya menilai, pertumbuhan tersebut didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat.
“Pada Kuartal III 2017 tercatat permintaan konsumsi swasta terus stabil di angka sekitar 5,0 persen year-on-year, sementara belanja investasi meningkat 7,1 persen, dan ekspor meningkat kuat 17,3 persen. Terus membaiknya pertumbuhan ekonomi global, perbaikan harga komoditas, serta berbagai program infrastruktur domestik diyakini akan mendukung momentum pertumbuhan tahun depan,” jelas Enrico pada acara “UOB Indonesia’s Economic Outlook 2018: Navigating Your Business in Uncharted Waters” di Hotel Shangri-La Jakarta, Selasa 14 November 2017.
Enrico menilai, pertumbuhan ekonomi 2018 didorong oleh kekuatan fundamental ekonomi Indonesia yang juga didukung oleh konsumsi swasta, pertumbuhan pembelanjaan investasi, serta peningkatkan kinerja ekspor yang berkelanjutan. Selain itu, Enrico juga menilai, pertumbahun ekonomi didukung oleh komitmen pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi.
“Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini juga didukung oleh komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan iklim investasi. Komitmen tersebut antara lain tercermin dengan diluncurkannya ‘Paket Kebijakan Ekonomi ke-16′ untuk memfasilitasi aktifitas bisnis dan menarik investasi Iebih besar Iagi ke Indonesia melalui sistem teknologi informasi yang terintegrasi. Paket ekonomi ini akan mendukung para investor dalam memulai bisnis mereka di Indonesia,” kata Enrico.
UOB Indonesia juga menggarisbawahi tiga sektor utama yang akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2018, yaitu: pertambangan, infrastruktur, dan jasa. Ketiga sektor ini didukung oleh perbaikan harga komoditas global, program infrastruktur domestik, pertumbuhan ekonomi digital, dan pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia.
Spesifik untuk sektor jasa, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menilai, sektor jasa juga turut menyumbang pertumbahan sektor pariwisata. Dirinya juga menilai, pariwisata merupakan fokus utama pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Ini merupakan buah dari kebijakan Pemerintah untuk membebaskan visa bagi 170 negara, Pemerintah juga melakukan kampanye 10 Bali Baru, serta melakukan berbagai pembangunan infrastruktur,’ jeIas Thomas Lembong.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat bahwa pariwisata meningkat sebesar 35 persen di Kuartal III 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Sementara ekonomi digital diperkirakan akan tumbuh sebesar 30 persen di tahun 2017 ini.
Angka kontribusi dua sektor tersebut masih tergolong kecil untuk kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun Thom menilai, tren kedua sektor tersebut akan terus menunjukkan hal yang positif.
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More
Jakarta – Maya Watono resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Holding BUMN sektor aviasi dan… Read More
Jakarta - PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp158,60… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas melaksanakan langkah-langkah pengawasan secara ketat terhadap PT… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (22/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - Rupiah berpeluang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat ketegangan geopolitik Ukraina dan Rusia… Read More