News Update

Ini Strategi Investasi Reksa Dana Disaat Pasar Jenuh

Jakarta – Kondisi pasar modal dalam beberapa pekan terakhir bergerak dengan volatilitas cukup tinggi. Bagi Anda yang telah berinvestasi pada instrumen reksadana, ada baiknya mengetahui beberapa strategi dalam menghadapi kondisi pasar saat ini.

Sebagian orang yang telah berinvestasi pada reksadana, khususnya jenis reksadana saham kerap memilih melakukan top up atau menambah investasinya saat melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang melemah. Nyatanya, langkah yang masuk dalam kategori market timing itu bukan strategi yang tepat namun juga tidak salah.

Menurut Executive Vice President Intermediary Business Shcroder Investment Management Indonesia, Bonny Iriawan, market timing lebih tepat bagi orang-orang yang berinvestasi langsung pada saham. Dia menjelaskan, dalam berinvestasi reksadana ada cut off time.

Cut off time di sini adalah batasan waktu penerimaan transaksi pembelian (subscription) dan transaksi penjualan kembali (redemption) setiap harinya.

Bonny menjelaskan, dalam suatu kondisi, IHSG sedang dalam kondisi turun pada pagi hari. Kemudian, kita melihat kondisi tersebut menjadi waktu yang tepat untuk melakukan top up.

Baca juga: Reksa Dana Masih Lesu di Pekan Kemarin

“Tiba-tiba, menjelang sore IHSG naik karena ada sentimen bagus. Akhirnya, kita yang mau arbitrase dengan harga yang rendah karena dipikir market akan turun justru tidak terjadi,” ujar Bonny kepada wartawan di sela diskusi “Strategi Menghadapi Volatilitas Pasar di Tahun 2018”, di Jakarta, Rabu, 11 April 2018.

Untuk itu, Bonny berpendapat, market timing lebih cocok untuk yang berinvestasi langsung pada saham. Sementara, strategi yang tepat untuk mengatasi volatilitas pasar bagi yang berinvestasi reksadana adalah dengan asset allocation.

Mengenai asset allocation, Bonny menuturkan, caranya adalah dengan mengalihkan satu reksadana ke jenis reksadana lain. “Hal ini untuk meminimalisir risiko, karena risiko tidak bisa dihilangkan. Maka itu jangan hanya masuk ke satu jenis reksadana saja,” ungkapnya.

Dengan kondisi IHSG saat ini, maka Bonny menilai, reksadana campuran menjadi yang paling cocok. “Terutama bagi investor dengan tipe konservatif. Pada intinya adalah makes strong portofolio,” imbuh Bonny. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

4 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

5 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

8 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

8 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

9 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

11 hours ago