Jakarta–Di tengah bayang-bayang kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) yang mengintai perbankan nasional, PT Bank Bukopin Tbk terus melakukan ekspansi bisnis dengan tetap memerhatikan kualitas kredit, meski NPL perseroan hingga Semester I-2017 ini hampir menyentuh 5 persen.
Tercatat, NPL Bank Bukopin di akhir Semester I-2017 sebesar 4,60 persen atau mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya di periode yang sama yakni sebesar 3,51 persen (gross). NPL net juga meningkat menjadi 3,22 persen di Semester I-2017 dari 2,78 persen di Semester I-2016.
Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi mengatakan, penyebab meningkatnya kredit bermasalah perseroan menjadi 4,60 persen tersebut dominan disumbang oleh sektor tambang batu bara. Namun demikian dirinya enggan menyebutkan berapa persen kontribusi sektor tersebut ke NPL Bank Bukopin.
“Kontribusi terbesar dari tambang batu bara. Di samping itu ada juga segmen retail. Tapi saya tidak hafal (kontribusinya) berapa persen,” ujar Glen kepada Infobank, di Jakarta, Selasa, 1 Agustus 2017.
Menurutnya, ada beberapa strategi untuk menurunkan kredit bermasalah di sektor batubara, sehingga nantinya akan menekan NPL perseroan yang saat ini tercatat sebesar 4,60 persen. Dirinya mengakui, pihaknya berniat akan menjual aset bermasalah yang sempat tertunda pada kuartal kedua.
“Kita sedang mencari investor. Yang jelas kalau sudah ada investor untuk alat-alat (tambang) ya kita ingin jual putus,” ucapnya.
Selain itu, kata dia, perseroan juga berwacana untuk melakukan restruktisasi kredit bermasalah. Akan tetapi dirinya tidak menyebutkan berapa nilai kredit bermasalah yang akan di restrukturisasi. Adapun kedua strategi ini dilakukan guna menjaga NPL Bank Bukopin di level 3,5 persen hingga akhir tahun ini.
“Baru satu yang sudah on minggu lalu, yang satu masih tahap diskusi. Tapi tergantung mana yang lebih dulu,” paparnya.
Sedangkan jika dilihat dari kinerja perseroan, Bank Bukopin masih mencatatkan pertumbuhan kredit. Pada Semester I-2017 perseroan telah menyalurkan kreditnya sebesar Rp72,9 triliun atau meningkat Rp2,1 triliun bila dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama yakni Rp70,8 triliun.
Adapun pertumbuhan tersebut disumbangkan oleh peningkatan kinerja pada sektor ritel yang terdiri dari Mikro, UKM, dan Konsumer. Hingga Juni 2017 dari total kredit ritel yang disalurkan Perseroan berasal dari segmen Mikro sebesar 15,41 peren, segmen UKM sebesar 42,31 persen, dan segmen konsumer sebesar 11,06 persen. Sisanya 31,22 persen diserap oleh komersial.
Dengan pencapaian tersebut, sampai dengan Semester I-2017, Bank Bukopin berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp722 miliar. (*)
Editor: Paulus Yoga
Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More
Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More
Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More