Direktur Bisnis Bank Raya, Kicky Andrie Davetra (kiri) saat konpres peluncuran Pesta Raya 2025 di Jakarta, Jumat (22/8). (Foto: Steven Widjaja)
Jakarta – PT Bank Raya Indonesia Tbk (Bank Raya) belum berencana menyesuaikan tingkat suku bunganya setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin ke level 5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 19–20 Agustus 2025.
Direktur Bisnis Bank Raya, Kicky Andrie Davetra, menjelaskan bahwa sebagai bank digital, pihaknya mengandalkan produk digital saving untuk menarik minat masyarakat menabung. Karena itu, Bank Raya memilih tetap mempertahankan suku bunga tabungan pada level yang cukup tinggi sebagai daya tarik bagi nasabah.
“Kami sepertinya belum melihat bahwa kami akan menyesuaikan (suku bunga) itu ya. Karena memang semangat kami sekarang ini digital saving menjadi vehicle, atau champion product kami dari sisi penghimpunan dana,” sebut Kicky saat konferensi pers peluncuran Pesta Raya 2025 di Jakarta, Jumat, 22 Agustus 2025.
Baca juga: Bank Raya Catat Digital Saving Rp1,5 Triliun, Raya App Tumbuh Pesat
Kicky menjelaskan, Bank Raya memiliki beberapa produk tabungan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.
Pertama, ada Saku Utama sebagai produk tabungan utama atau pertama yang digunakan nasabah saat pertama kali membuka rekening dengan bunga rendah sekitar 0,5 persen.
Kemudian, ada Saku Bujet yang didesain untuk membantu nasabah dalam mengatur alokasi bujet untuk kebutuhan sehari-hari, seperti biaya pengeluaran nongkrong di kafe atau biaya transportasi bulanan.
“Itu juga bunga relatif masih terjaga (rendah),” sebut Kicky.
Baca juga: Ini Cara Bank Raya Ajak Masyarakat Gencar Menabung
Ada pula Saku Pintar yang didesain untuk membantu nasabah membuat perencanaan keuangan jangka menengah dan panjang, seperti untuk liburan maupun umrah, dengan suku bunga yang juga relatif masih rendah.
Berikutnya, ada Saku Jaga yang diperuntukkan sebagai dana darurat dengan konsep penarikan dana tidak dikunci atau bisa ditarik kapan saja, serta ada yang dikunci seperti deposito dengan suku bunga yang lebih tinggi antara 3 sampai 6 persen.
“Ada yang memang di-lock gitu ya, di-hold selama 6 bulan misalnya, atau sebulan, dengan rate (bunga) lebih tinggi. Nah, Saku Jaga ini sebenarnya menawarkan basis bunga deposito sebesar 6 persen,” jelas Kicky.
Penghimpunan dana nasabah ini menjadi basis layanan kredit Bank Raya, yang saat ini tengah menggenjot pertumbuhan digital lending.
“Digital lending kami komposisi tahun lalu mungkin masih sekitar 23 persen, kemudian 32 persen, sekarang sudah di angka 36-38 persen. Digital lending ini memberikan yield yang lebih baik dibandingkan pinjaman non-digital,” terangnya.
“Ini bisa dilihat dari net interest margin (NIM) Bank Raya di Q2 kemarin, yang di angka 4,9 persen. Jadi, NIM kami terdorong oleh growth di digital lending. Digital lending kami yield-nya sekitar 23 persen,” sambung Kicky. (*) Steven Widjaja
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More