Ini Alasan Bank Kecil Kesampingkan Teknologi Informasi
Jakarta – Analis Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan penambahan modal dan akuisisi perbankan asing ke bank nasional punya dampak positif.
Seperti diketahui, belakangan marak pemberitaan terkait akuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) oleh Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ. Sementara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) akan melakukan penggabungan (merger) dengan SMBC.
Sisi positifnya kata Bhima menandakan bahwa prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup prospektif khususnya untuk pembiayaan proyek konstruksi, konsumsi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Pasar terbesar di Asean ada di Indonesia apalagi bicara soal tren perbankan yang masuk ke ranah digital. Jumlah pengguna internet aktif mencapai 132 juta orang dan pertumbuhan nya lima kali lebih cepat dari rata-rata penetrasi internet di dunia,” kata Bhima di Jakarta, Kamis, 15 Febuari 2018.
Untuk kasus BTPN lanjutnya yang sedang transisi dari bank pensiunan ke fintech butuh modal besar. Sehingga konsolidasi dengan konglomerasi Sumitomo Mitsui Banking Corporation akan memberi suntikan modal yang besar untuk ekspansi digital.
Baca juga: Investor Asing Tertarik Perbesar Kepemilikan di Bank
Tapi disisi yang lain, terangnya porsi kepemilikan asing yang terlalu besar sebenarnya kurang menguntungkan ekonomi Indonesia.
Iapun menganggap model regulasi perbankan di indonesia dianggapnya terlalu liberal karena kurangnya pembatasan pemain asing.
“Implikasi dari liberalnya sistem perbankan maka potensi gangguan stabilitas sektor keuangan menjadi lebih beresiko. Jika terjadi krisis misalnya, modal asing bisa keluar dengan cepat,” jelasnya.
Melihat hal tersebut, regulator punya ranah untuk mengatur porsi asing agar stabilitas keuangan bisa lebih terjaga. Karena dampak negatif lainnya yakni ke persaingan dengan lembaga keuangan dalam negeri khususnya yang bermain disektor mikro makin ketat.
Sedangkan untuk Danamon dinilai Bhima cukup berpengalaman di sektor mikro, ditambah suntikan modal bisa menggerus pasar Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi misalnya. Sehingga dari sisi persaingan pun perlu diperhatikan.
Seperti diketahui untuk Danamon sendiri rencananya masih bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), untuk membahas permintaan persetujuan pemegang saham, terkait penambahan kepemilikan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd (MUFG) di Danamon menjadi 40 persen.
Posisi saat ini, MUFG baru meraih 19,9 persen saham di Danamon. Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, rencananya MUFG bakal mengajukan izin ke pihak otoritas untuk menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP). (*)
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More