Jakarta–Dua perusahaan raksasa yang bergerak di sektor elektronik asal Jepang yakni Panasonic dan Toshiba dikabarkan telah menutup pabriknya dan hengkang dari Indonesia. Akibatnya, telah berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diperkirakan mencapai 2.500 pekerja.
Menyikapi kondisi tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku belum menerima laporan dari Panasonic maupun Toshiba terkait tutupnya pabrik kedua perusahaan tersebut. Namun, pihaknya akan mengupayakan untuk menyelamatkan buruh yang terancam PHK.
“Informasi belum kami terima. Kalau kami sudah terima, kami akan lihat bagaimana tenaga kerja itu kita salurkan ke industri-industri lain, misalnya ke industri elektronik seperti atau industri lainnya yang butuh tenaga kerja,” ujar Kepala BKPM, Franky Sibarani di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2016.
Dia memperkirakan, penutupan dua perusahaan raksasa tersebut, lantaran kalah bersaing dengan produk-produk elektronik perusahaan China. Kendati demikian, Franky meyakini, tutupnya pabrik Panasonic dan Toshiba tidak akan mempengaruhi iklim investasi di sektor elektronik.
“Berdasarkan informasi yang kami terima tentu ada satu pihak yang menyampaikan bahwa dari sisi kompetisi mereka produknya kalah dengan produk China. Tapi kita lihat secara keseluruhan sebenarnya masih ada peningkatan dalam komitmen investasi di sektor ini,” tukasnya.
Namun demikian, kata dia, BKPM belum bisa berpendapat lebih jauh jika belum ada laporan dari kedua perusahaan tersebut. Dirinya berpandangan, bahwa aksi penutupan pabrik yang diakukan oleh kedua perusahan itu merupakan langkah restrukturisasi dalam rangka efisiensi.
“Mereka bukan mati, tapi mungkin switch ke produk lain. Bagi kami, menurut kami belum tentu tutup, kalau restrukturisasi,” ucap Franky.
Di tempat terpisah, sebelumnya Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan, penutupan usaha PT Panasonic Lighting di Cikarang, Jawa Barat, dan Pasuruan, Jawa Timur, serta PT Toshiba Indonesia di Cikarang memang akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan pekerjanya.
Ribuan pekerja itu terdiri atas sekitar 1.700 anggota KSPI di Panasonic dan 970 anggota KSPI di Toshiba. Sebanyak 600-700 pekerja dari Panasonic Lighting Pasuruan di PHK pada periode Desember 2015-Januari 2016. Sedangkan Panasonic Lighting Cikarang-Bekasi, 900-1.000 karyawan di PHK untuk periode Januari 2016 sampai Maret 2016.
Kedua pabrik Panasonic Lighting ini resmi ditutup. Pabrik Toshiba di Cikarang-Bekasi pun mengumumkan ditutup pada pertengahan Januari lalu. Saat ini, pekerja tengah dalam proses negosiasi pesangon. Perusahaan akan resmi berhenti beroperasi pada Maret mendatang.
Tutupnya Panasonic Lighting dan juga Toshiba ini, kata dia, telah memberikan sinyal negatif terhadap investor asing yang akan datang ke Indonesia. Selain itu, yang paling buruk menurut dia adalah lantaran Kementerian Perindustrian tidak mengetahui penutupan pabrik ini.
Faktor lesunya industri elektronik ini, jelas Said, di antaranya adalah kondisi pasar yang tidak kondusif. Melambatnya pasar global turut memengaruhi pasar domestik. Perlambatan ini mengakibatkan barang produksi menjadi tidak laku di pasaran. Selain itu adalah karena menurunnya daya beli masyarakat. (*) Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menyoroti pentingnya penerapan asuransi wajib pihak ketiga… Read More
Senior Vice President Corporate Banking Group BCA Yayi Mustika P tengah memberikan sambutan disela acara… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sejumlah pencapaian strategis sepanjang 2024 melalui berbagai… Read More
Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More