Jakarta – Statusnya sebagai super App membuat GO-JEK lebih dominan di bisnis ride-hailing di Indonesia dibanding rivalnya.
Dalam kolom opini di Bloomberg, Shuli Ren menulis bila strategi GO-JEK berjalan dalam jalur yang benar dengan memanfaatkan aplikasi super (super app).
”Selain memesan tumpangan, Anda dapat membayar tagihan, memesan makanan, mengirim paket kilat, dan menemukan pembersih rumah tanpa meninggalkan aplikasi Go-Jek. Anda bahkan dapat menyewa penata rambut, menggunakan Go-Glam,” tulisnya dalam artikel berjudul Why Grab Doesn’t Have a Handle on Indonesia.
Lain halnya dengan Grab. Sebagai perbandingan, aplikator asal Malaysia itu hanya menawarkan makanan dan pengiriman paket ekspres di luar opsi jasa tumpangan.
Meski pun Grab berniat mengembangkan diri menjadi aplikasi super, itu tak berlaku di Indonesia. Tidak seperti Go-Jek, perusahaan asing itu tidak memiliki lisensi dompet digital (e-wallet) yang diterbitkan bank sentral. Padahal lisensi itu sangat penting yang membuat GO-JEK dapat melayani siapapun yang tak memiliki rekening bank atau kartu kredit. Cukup dengan GO-PAY, pengguna dapat mengisi ulang di toko-toko atau memberikan uang tunai kepada yang lain tanpa repot.
Baca juga: Dituding Nakal, Mitra Driver: Justru GRAB lah Aplikator Nakal
Di saat yang sama, Grab mencoba mensiasati dengan membangun kemitraan dengan OVO, e-wallet yang dimiliki Lippo Group. Minusnya dari kemitraan ini adalah Grab harus bersedia menyerahkan kontrol pengalaman pada pengguna dan teknologi. Padahal, e-wallet merupakan kuncinya sebagai solusi lantaran perbankan sangat ketinggalan teknologi.
Shuli Ren menceritakan pengalamannya berdiskusi dengan start up di Jakarta pekan lalu. Diketahui kalau 20 persen barang yang dibeli di Shopee tak dilanjutkan transaksinya lantaran pembayaran melalui bank sangat kaku. Sisi inilah yang menjadi kekuatan GO-JEK di mana GO-PAY sudah mengantongi lisensi e-wallet dari Bank Indonesia. Dengan GO-PAY , pengguna diuntungkan karena membayar lebih murah ketimbang transaksi lainnya.
Misalnya pengiriman ekspress dari kantor Bloomberg di Jakarta ke bank sentral – perjalanan 1,6 kilometer hanya dikutip Rp 13 ribu selama jam sibuk, tapi menggunakan GO-PAY hanya Rp 12 ribu. Di saat bersamaan, GO-JEK kini menjelma sebagai perusahaan sektor swasta terbesar di Indonesia dan memberi solusi atas kemacetan di Jakarta. (*)
Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More
Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More
Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More