News Update

Ini Dia Penyebab Sri Langka Gagal Bayar ULN

Jakarta – Sri Lanka diklaim mengalami kebangkrutan akibat gagal membayar Utang Luar Negeri (ULN). Rasio utang Sri Lanka naik drastis dari 42% di tahun 2019 menjadi 104% di 2021, yang disebabkan karena beban pengeluaran selama pandemi, utang infrastruktur dan kegagalan mengatasi naiknya harga barang atau inflasi.

“Ketergantungan akut Sri Lanka pada utang dimulai pada ekspansi proyek infrastruktur yang tidak masuk akal secara ekonomi,” ungkap Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom INDEF, saat dihubungi Infobank, Jum’at, 24 Juni 2022.

Lebih lanjut Bhima memberi contoh, seperti pembangunan Pelabuhan Hambantota yang direncanakan menjadi hub Pelabuhan internasional dengan kerjasama utang dari China. Proyek infrastruktur tersebut, masuk dalam kebijakan OBOR (One Belt One Road) tahun 2017-2019.

“Faktanya, proyek pelabuhan Hambantota tidak sesuai rencana. Pemerintah Sri Lanka kesulitan membayar pokok dan bunga utang mega-proyek, dan akhirnya membuat China menguasai konsesi pelabuhan Sri Lanka hingga puluhan tahun,” jelas Bhima.

Imbas dari proyek tersebut adalah kas negara yang habis, sehingga berpengaruh terhadap permintaan kebutuhan subsidi energi dan pangan untuk mencegah inflasi. Selain itu, check and balances di Sri Lanka dalam mengendalikan utang tidak berjalan.

“Gagal bayar utang dan social unrest di Sri Lanka karena miss-management kebijakan fiskal yang parah,” kata Bhima.

Menurut Bhima, Imbas dari gagal bayar ULN tersebut akan berdampak kepada beberapa sektor di Sri Lanka, yaitu kelangkaan komoditas pangan, rendahnya nilai mata uang sehingga berakibat pada hilangnya kepercayaan dari pelaku usaha dan masyarakat, hilangnya kepercayaan kreditur yang membuat suku bunga naik signifikan berakibat pada sulitnya pelaku usaha dan pemerintah mendapat pendanaan baru.

Selain itu, instabilitas pemerintahan yang mengakibatkan konflik luas diseluruh lapisan pemerintahan, serta gelombang pengungsian ke perbatasan berdampak permanen ke masa depan ekonomi karena hilangnya talenta untuk membangun kembali perekonomian. (*) Irawati

Evan Yulian

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

7 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

8 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

9 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

9 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

11 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

11 hours ago