“Jadi mesti ditantang semua untuk mempersiapkan diri, harus investasi dan industrialisasi supaya kita bisa processing. Sebab selama ini semua masih andalkan ekspor bahan natural mentah. Kita jangan jadi negara konsumtif tapi harus produktif, makanya jangan hanya ekspor bahan mentah tapi harus ada added value,” jelas Agus.
Agus menambahkan, dengan penerimaan negara yang bertambah besar, otomatis akan berpengaruh pada defisit neraca transaksi berjalan. Jika dua strategi ini dapat dilakukan dengan baik, inflasi akan jauh lebih mudah dikendalikan sehingga target tahun ini dan selanjutnya dapat tercapai.
Baca juga: Menkeu Sambut Positif Tren Inflasi Bahan Pangan
“Perbaikan penerimaan negara dengan reformasi fiskal, juga akan membuat ketergantungan kita terhadap utang luar negeri akan rendah, selama ini defisit income kita karena harus bayar utang dan dividen yang besar setiap triwulan kedua,” ungkap Agus.
Agus berharap hingga tahun 2019 mendatang Indonesia sudah tidak lagi tergantung dengan asing untuk dapat menjual produknya ke luar negeri. Seperti diketahui, Pemerintah melalui BI telah mentargetkan angka inflasi hingga akhir tahun ini terjaga di angka sekitar 4 persen. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Jakarta – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menyebutkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai… Read More
Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyampaikan sejumlah saran kebijakan agar Indonesia keluar… Read More
Jakarta - PT IDX Solusi Teknologi Informasi (IDXSTI) bersama PT Datawave Korpora Indonesia resmi meluncurkan… Read More
Jakarta - Tingginya permintaan pasar untuk produk berbasis kelor, mendorong Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)… Read More
Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) menyoroti pentingnya infrastruktur sistem pembayaran digital untuk mendukung transaksi antarnegara (cross-border). … Read More
Jakarta - Sejumlah bank digital di Indonesia telah merilis laporan keuangan pada kuartal III 2024.… Read More